orange ku

orange ku
AKU MENYUKAI WARNA ORANGE

Jumat, 29 Maret 2013

AGAR AIBMU DI TUTUP ALLAH



====================

Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam naik ke atas mimbar dan menyeru dengan suara yang tinggi, "Janganlah kalian menyakiti kaum Muslim, janganlah menjelekkan mereka, janganlah mencari-cari aurat mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat saudara sesama Muslim, Allah akan mencari-cari auratnya. Dan, siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walaupun ia berada di tengah tempat tinggalnya." (dari Abdullah bin 'Umar)

Syekh Mahmud al-Mishri dalam kitabnya Mausu'ah min Akhlaqir-Rasul mengungkapkan, di zaman sekarang ini sulit untuk menemukan orang yang dapat dipercaya dalam menjaga rahasia. Kebanyakan manusia-kecuali manusia yang mendapat pertolongan Allah-tak dapat menjaga rahasia orang lain. Padahal, membuka aib orang lain termasuk bagian dari khianat.

Dalam hadis di atas, Rasulullah menegaskan bahwa menutupi aib dan menjaga rahasia termasuk keutamaan. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menganjurkan agar umatnya senantiasa saling memelihara rahasia dan menutupi aib saudaranya agar dapat hidup bermasyarakat dalam ketenangan, kedamaian, juah dari keresahan, kedengkian, serta balas dendam.

Namun, kita sering melalaikan peringatan ini. Kita kerap kali bermain-main dengan aib. Kita lupa kalau suatu saat Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun akan membukakan aib kita tanpa bisa ditolak. Sesungguhnya, ketika membuka aib orang lain, sama dengan memberitahukan aib kita sendiri.
Padahal, dengan menutup aib orang lain, Allah akan menutup aib kita, baik di dunia maupun akhirat. Rasulullah bersabda, "Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia, melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya".

Aib merupakan sesuatu yang diasosiasikan buruk, tidak terpuji, dan negatif. Manusia tidak bisa lari dengan menutup diri terhadap kekurangannya. Manusia harus berintrospeksi dan menghisab diri sendiri untuk memperbaikinya. Umar bin Khattab berpesan, "Hisablah dirimu sebelum diri kamu sendiri dihisab, dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum perbuatanmu ditimbang."
Dalam hidup, kita terkadang terlupakan dengan aib-aib sendiri yang begitu menggunung karena begitu seringnya memikirkan aib orang lain. Kita juga sering lupa untuk bersyukur bahwa Allah telah menjaga aib-aib kita. Sesungguhnya, manusia bukanlah apa-apa jika semua aibnya dibukakan di depan mata orang lain.


ia sedikit ungu


EGYPT


Kamis, 28 Maret 2013

PECAHAN KACA


aku adalah kaca retak.
Dan lalu pecah..
Hingga tercampakkan.
Karena pengaruh zaman.
Yang tak terkendalikan.
Padahal aku serpihan kaca pecah yang bersatu dengan lumpur.
Namun engkau basuh dan pertemukan serpihannya satu persatu.
Hingga aku seperti kaca yang mahal.
Bernilai harganya.

PEMECAHAN SEKOLAH DASAR, PERANAN PROBLEM SOLVING DALAM BELAJAR MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DAN TEORI BELAJAR POYA DALAM MEMAHAMI MASALAH DI SEKOLAH DASAR


TUGAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DASAR SD


                                                                            





Oleh


Oleh Kelompok 1:


No.
Aspek yang dinilai
Jumlah
1
2
3
4
5

Kelengkapan konsep
Kedalaman materi
Keluasan materi
Akurasi
kejelasan


Nama Anggota kelompok

1.
2.
3.
SASMAMONIA






Seksi :
RM 05

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2 0 13




PEMECAHAN DI SEKOLAH DASAR

Sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin kompleks dan banyak macamnya. Maka masalah-masalah kehidupan itupun muncul semakin kompleks. Untuk itu kita sebagai guru harus dapat memberikan bekal-bekal ilmu kepada peserta didik disekolah dasar yang mampu bersaing dalam kehidupan yang serba kompleks.
Ilmu matematika memberikan sumbangan yang cukup besar dalam peningkatan kualitas kehidupan. Kehidupan  yang memiliki peradaban yang maju, karena dalam berbagai bidang manusia menggunakan nalarnya untuk menjalankan kehidupan. Dalam menghadapi kehidupan ini manusia sering dihadapkan kepada suatu permasalahan, sehingga setiap orang dituntut untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini terjadi perbedaan silap terhadap suatu kejadikan atau kondisi tertentu. Berikut adalah ilustrasi berbagai contoh dalam menyikapi masalah
Ilustrasi 1 : Pada waktu bulan puasa Ida sudah tidur pukul 22.00, dengan harapan tidak kesiangan waktu sahur. Pada waktu 24.00 listrik di rumah Ida padam, dan Ida tetap tertidur pulas sehingga Ida tidak mengetahui bahwa terjadinya padam litrik yang membuat rumahnya gelap gulita.
Ilustrasi 2 : Pada pukul 01.00 Ida terbangun dan merasakan bahwa di rumahnya litriknya padam, lantas Ida memutuskan untuk tidur kembali tanpa ada usaha untuk mengecek listrik mati.
Ilustrasi 3: Adik Ida begitu terbangun dan melihat listrik mati ia menemui bapaknya untuk memperbaiki listriknya, karena adik Ida tidak bisa tidur dalam keadaan gelap.
Ilustrasi 4 : BApak Ida memperbaiki listriknya yang padam dengan melihat dulu listrik tetangganya apakah ikutan mati atau tidak, ternyata listrik dirumah tetangga tidak mati. Bapak Ida lantas memeriksa saklar ternyata off, saat menaikkan saklar listrik tetap mati. Bapak Ida memutuskan untuk menggunakan lampu minyak saja, karena tidak sanggup memperbaikinya.
Ilustrasi 5 : Lain halnya dengan tetangga Ida, jika mengalami hal demikian maka tetangganya mencoba memperbaiki sendiri tanpa bantuan orang lain, dengan cara mencoba-coba berbagai kemungkinan terjadi. Misalnya mengecek kabel kemungkinan ada yang konsleting.
Ilustrasi 6 : Pagi harinya bapak Ida menghubungki kakak Ida dan memintanya memperbaiki kabel listril yang konslet. Karena kakak ida adalah seorang sarjana eletro, maka dngan mudah saja ia menemukan penyebab terjadinya penyambungan arus pendek, yaitu dengan menggunakan alat-alat yang dimilikinya.
Dari ilustrasi yang ada memberikan gambaran bagaimana seseorang menyikapi suatu masalah atau tidak punya sikap sama sekali. Ada beberapa kategori sikap yang terjadi pada seseorang dalam menyikapi sebuah masalah dalam situasi tertentu, yaitu :
  1. Orang yang tidak mengetahui masalahnya.
  2. Orang yang tidak peduli terhadap adanya masalah.
  3. Orang yang mengetahui adanya maslaah tapi tidak bisa menyelesaikannya.
  4. Orang yang sering mencoba-coba menyelesaikan masalah.
  5. Orang yang mahir menyelesaikan masalah.
Biasanya masalah datang karena suatu akibat dari pekerjaan seseorang. Munculnya terkadang saat dalam situasi yang tidak diharapkan. Untuk terampil menyikapi masalah dan menyelesaikan msalah dibutuhkan berbagai kemampuan yang ada pada diri kita, sebagai hasil belajar yaitu pengetahuan, sikap dan psikomotor. Berbagai kemampuan tadi berupa ingatan, pemahaman, penerapan, analisist, sintetis dan evaluasi. Dengan demikian tidaklah mudah menyelesaikan masalah karena melibatkan kemampuan nalar, dari tingkat rendah samapi tingkat tinggi. Sisalkan kita akan mengukur luas tanah, pengtahuan apakah yang harus kita miliki dan bagaimana cara menggunakannya? Untuk dapat mengetahui luas tanah, kita harus memiliki pengetahuan tentang bentuk-bentuk geometris beserta cirri-cirinya, satuan ukur, rumus-rumus mencari luas, dan operasi hitung.
Masalah-masalah yang akan dibahas pada pemecahan di sekolah dasar kali ini adalah masalah yang berhubungan dengan pesoalalan pemecahan masalah matematika.
 Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (Problem Solving), baik masalah matematika maupun masalah lain yang secara kontekstual menggunakan matematika untuk memecahkannya. Hal ini didorong oleh perkembangan arah pembelajaran matematika yang digagas oleh National Council of Teacher of Mathematics di Amerika pada tahun 1989 yang mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, dimana pemecahan masalah dan penalaran menjadi tujuan utama dalam program pembelajaran matematika di sekolah dasar. Perubahan paradigma pembelajaran matematika ini kemudian diadaptasi dalam kurikulum di Indonesia terutama mulai dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006. Mata pelajaran matematika diantaranya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep, penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (BSNP, 2006).
Dari tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar tersebut, nampak bahwa pemecahan masalah menjadi fokus penting dalam pembelajaran matamatika sehingga secara jelas terdapat pada kurikulum mata pelajaran matematika mulai jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dalam setiap standar kompetensi, ada salah satu kompetensi dasar yang mengarahkan siswa untuk mampu menggunakan konsep-konsep matematika dalam menyelesaikan masalah.
Pelaksanaan pembelajaran masalah di sekolah dasar tidaklah semudah yang diperkirakan. Ada banyak faktor yang menghambat terlaksananya. Pembelajaran pemecahan masalah secara optimal, tidak hanya faktor guru saja, tetapi faktor tuntunan kurikulum yang membuat guru terdesak dengan waktu terbatas sehingga tidak fokus terhadap kemampuan pemecahan masalah.
Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaiknnya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut dapat mengetahui cara penyelesainnya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Sesuatu dianggap masalah bergantung kepada orang yang menghadapi masalah tersebut disamping secara impilisit suatu soal bisa memiliki karakteristik sebagai masalah.
Moursund (2005:29) mengatakan bahwa seseorang dianggap memiliki dan menghadapi masalah bila menghadapi 4 kondisi berikut ini :
1. Memahami dengan jelas kondisi atau situasi yang sedang terjadi.
2. Memahami dengan jelas tujuan yang diharapkan. Memiliki berbagai tujuan untuk menyelesaikan masalah dan dapat mengarahkan menjadi satu tujuan penyelesaian.
3. Memahami sekumpulan sumber daya yang dapat dimafaatkan untuk mengatasi situasi yang terjadi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal ini meliputi waktu, pengetahuan, keterampilan, teknologi atau barag tertentu.
4. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai sumber daya untuk mencapa tujuan.
Dalam pembelajaran matematika, masalah dapat disajikan dalam bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran penomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Masalah tersebut kemudian disebut masalah matematika karena mengandung konsep matematika. Terdapat beberapa jenis masalah matematika, walaupun sebenarnya tumpang tindih, tapi perlu dipahami oleh guru matematika ketika akan menyajikan jenis soal matematika. Menurut Hudoyo dan Sutawijaya (1997:191), masalah matematika dapat berupa (1) masalah transalasi, (2) masalah aplikasi, (3) masalah proses, dan (4) masalah teka-teki.

Pemecahan Masalah Matematika
Soedjadi (1994, dalam Abbas, 2000 : 2) menyatakan bahwa melalui pelajaran Matematika diharapkan dan dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan. Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan memecahkan masalah. Lebih lanjut Ruseffendi1991, dalam Abbas, 2000 : 2) Menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah amatlah penting, bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami Matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya, baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Goos et.al. (2000 : 2), seseorang dianggap sebagai pemecah masalah yang baik jika ia mampu memperlihatkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dengan memilih dan menggunakan berbagai alternatif strategi sehingga mampu mengatasi masalah tersebut. Menurut Goos et.al. (2000 : 2), cara berpikir secara matematis yang efektif dalam memecahkan masalah meliputi tidak saja aktivitas kognitif, seperti menyajikan dan menyelesaikan tugas serta menerapkan strategi untuk menemukan solusi, tetapi juga meliputi pengamatan metakognisi yang digunakan untuk mengatur berbagai aktivitas serta untuk membuat keputusan sesuai dengan kemampuan kognitif yang dimiliki. Dalam Suherman et.al. (2001 : 95) dinyatakan bahwa menurut berbagai penelitian dilaporkan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam dalam tes pemecahan masalah dibandingkan dengan anak yang latihannya sedikit.
Sukmadinata dan As’ari (2006 : 24) menempatkan pemecahan masalah pada tahapan berpikir tingkat tinggi setelah evaluasi dan sebelum kerativitas yang menjadi tambahan pada tahapan berpikir yang dikembangkan oleh Anderson dan Krathwohl (dalam Sukmadinata dan As’ari, 2006 : 24).  

PERANAN PROBLEM SOLVING DALAM BELAJAR MATEMATIKA DISEKOLAH DASAR

Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengan oleh kita. Namun sesuatu menjadi masalah tergantung bagaimana seseorang mendapatkan masalah tersebut sesuai kemampuannya. Terkadang dalam pendidikan matematika Sekolah Dasar ada masalah bagi kelas rendah namun bukan masalah bagi kelas tinggi. Masalah merupakan suatu konflik,hambatan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas belajaraannya di kelas. Namun masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang. Semakin banyak siswa dapat menyelesaikan setiap permasalahan matematika, maka siswa akan kaya akan variasi dalam menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk apapun. Bentuk soal matematika dalam Sekolah Dasar berbentuk rutin atau pun tidak rutin.
Contoh 3×3=9 merupakan soal rutin bagi siswa Sekolah Dasar kelas 2 karena siswa tidak berpikir tinggi dalam menyelesaikan soal tersebut. Jiaka kelas 2 diberikan soal 33×33=.mungkin menjadi suatu masalah bagi siswa Sekolah Dasar, inilah suatu bentuk soal yang tidak rutin. Sehingga kita bisa memberikan pemisahan bahwa soal yang tidak rutin merupakan masalah bagi siswa. Jenis masalah dalam pembelajaran Sekolah Dasar ada 4 yaitu:
 1. Masalah Translasi adalah masalah yang berhubungan aktivitas sehari-hari siswa.contoh: Ade membeli permen Sugus 12 buah.Bagaimana cara Ade membagikan kepada 24 orang temannya agar semua kebagian dengan adil?
2. Masalah Aplikasi adalah masalah yang menerapkan suatu konsep,rumus matematika dalam sebuah soal-soal matematika.Contoh suatu kolam berbentuk persegipanjang yang berukuran panjang 20 meter dan lebar 10 meter.Berapa luas kolam tersebut?
3. Masalah Proses/Pola adalah masalah yang memiliki pola, keteraturan dalam penyelesainnya.Contoh: 2 4 6 8 Berapa angka berikutnya?
4.Masalah Teka-teki adalah masalah yang sifat menerka atau dapat berupa permainan namun tetap mengacu pada konsep dalam matematika.contoh:Aku adalah anggota bilangan Asli,aku adalah bilangan perkasa,jika kelipatannku dijumlahkan angka-angkanya hasilnya adalah aku,siapakah aku?
Pemecahan masalah memerlukan strategi dalam menyelesaikannya. Kebenaran, ketepatan, keuletan dan kecepatan adalah suatu hala yang diperlukan dalam penyelesaian maslah. Keterampilan siswa dalam menyelesaikan maslah adalah suatu kemampuan yang harus dilihat oleh duru. Jawaban benar bukan standar ukur mutlah, namun proses yang lebih penting darimana Pemecahan masalah memerlukan strategi dari guru untuk siswa agar ia mampu menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah untuk menjawab soal tersebut.
Konsep Pembelajaran Pemecahan Masalah Sanjaya (2006:15) membedakan antara mengajar memecahkan masalah dengan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasi materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Perbedaannya terdapat pada kedudukan pemecahan masalah apakah sebagai konten atau isi pelajaran atau sebagai strategi.
Strategi pembelajaran pemecahan masalah bisa dalam hal pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Ada dua jenis pendekatan yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan yang bersifat materi. Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum.
Dalam pembelajaran matematika, pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah berarti guru menyajikan materi pelajaran dengan mengarahkan siswa kepada pemanfaatan strategi pemecahan masalah dalam memahami materi pelajaran dan dalam menyelesaikan soal-soalnya. Materi pelajaran dipandang sebagai sekumpulan masalah yang harus dipahami dan diselesaiakan. Sedangkan metode pemecahan masalah lebih sempit lagi, yaitu bagaimana guru menyajikan soal-soal sebagai masalah yang harus dipecahkan dengan strategi pemecahan masalah.
Dari paparan di atas, paling tidak ada tiga makna dari pemecahan masalah, yaitu : pemecahan masalah sebagai tujuan pembelajaran, proses, serta sebagai kemampuan dasar.
Dalam perkembangan teori-teori pembelajaran, pembelajaran pemecahan masalah ini dapat dipraktekkan seperti dalam pendekatan pembelajaran open ended, problem based learning (PBL), atau metode pembelajaran yang secara khusus mengajarkan strategi-strategi pemecahan masalah. Khususnya di SD, masalah matematika sering disajikan dalam bentuk soal cerita, soal tidak rutin, teka-teki, atau pola bilangan. Tetapi dalam buku-buku teks pembelajaran yang sering digunakan adalah soal cerita dan ilustrasi gambar.
Pembelajaran Pemecahan Masalah yang Efektif
Karena pemecahan masalah dianggap sulit untuk diajarkan dan dipelajari, maka berbagai penelitian banyak mengkaji hal ini. Fokus penelitiannya adalah tentang : karakteristik masalah; karakteristik siswa yang mampu dan tidak mampu menyelesaikan masalah; serta strategi-stratagi pembelajaran pemecahan masalah. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian tersebut yang dirangkum dalam Reys et.al.(1989).
1. Strategi pemecahan masalah secara khusus harus diajarkan sampai siswa dapat memecahkan masalah dengan benar.

2. Tidak ada strategi yang optimal untuk memecahkan seluruh masalah (soal). Beberapa strategi sering digunakan daripada yang lainnya dalam setiap tahapan pemecahan masalah.
3. Guru harus mengajarkan berbagai strategi kepada siswa untuk dapat menyelesaikan berbagai bentuk masalah. Siswa harus dilatih menggunakan suatu strategi untuk berbagai jenis soal, atau menggunakan beberapa strategi untuk suatu soal.
4. Siswa perlu dihadapkan pada masalah dengan cara pemecahan yang belum dikuasainya (tidak biasa), dan mereka harus didorong untuk mencoba berbagai alternatif pendekatan pemecahan.
5. Prestasi atau kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berhubungan dengan tahap perkembangan siswa. Oleh karena itu, tingkat kesukaran masalah yang diberikan harus sesuai/patut dengan siswa. Menurut Reys, et.al. (1989), agar mengajar pemecahan masalah lebih efektif, maka guru perlu memahami faktor-faktornyanya, yaitu : waktu, perencanaan, sumber belajar-media, teknologi, serta pengelolaan kelas. Waktu yang direncanakan harus efektif dan sesuai dengan kemampuan serta proses berpikir siswa. Sebaiknya guru mampu memperkirakan waktu yang diperlukan oleh siswa dalam menyelesaikan suatu soal maupun beberapa soal.
Seluruh tahapan pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik meliputi : strategi guru, sumber belajar : alat peraga atau media, serta teknologi. Berdasarkan teori Piaget (Reys, et.al., 1989), karakteristik siswa sekolah dasar masih berpikir operasional konkrit atau menurut Bruner (Reys, et.al., 1989), masih dalam tahap enaktif dan ikonik. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan alat-alat peraga manipulatif bagi siswa untuk digunakan dalam membantu memahami dan memecahkan masalah.
Yang tidak kalah penting juga adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas termasuk mengelola aktivitas siswa. Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran pemecahan masalah baik secara individu, klasikal ataupun kelompok. Kegiatan pemecahan masalah lebih cocok dengan seting kerja kelompok dimana siswa saling bertukar pengetahuan dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal ini tidak hanya dimaksudkan untuk efektivitas pembelajaran, tetapi juga agar siswa terbiasa bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Peran Metakognisi dalam Pemecahan Masalah
Kesuksesan seseorang dalam memecahkan masalah begantung kepada bagaimana ia mampu mengendalikan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan tersebut adalah Metakognisi. Metakognisi adalah istilah yang berkaitan dengan pengetahuan dan keyakinan seseorang sebagai pembelajar serta bagaimana ia mengontrol dan menyesuaikan pengetahuan dan keyakinannya. Dalam istilah lain metakognisi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol kemampuan berpikirnya atau ”thinking about thinking”. Kemampuan metakognisi dapat diajarkan di kelas melalui pernyataan menuntun seperti : ”apa yang kamu kerjakan ketika m emecahkan masalah ?”; ”apa yang kamu pikirkan jika kamu merasa kesulitan atau tidak memahami soal ?”.
Penilaian dalam Pembelajaran Pemecahan Masalah
Penilaian untuk pemecahan masalah dianggap lebih sulit daripada penilaian untuk kemampuan kognitif lainnya karena harus mampu menilai keseluruhan proses pemecahan masalah disamping hasilnya. Penilaian untuk pemecahan masalah harus berdasarkan tujuan. Jika soal disajikan dalam bentuk masalah rutin dan non rutin, maka penilaian yang dilakukan berkaitan dengan keduanya.
Menurut Reys, et.al. (1989), beberapa metode penilaian yang dapat dilakukan adalah : (1) observasi, (2) inventori dan ceklis, dan (3) paper and pencil test. Ketiga alat penilaian ini dapat digunakan bersama-sama atau salah satunya bergantung kepada tujuan penilaiannya. Hal senada juga diutarakan oleh Krulik dan Rudnik (1995) berkaitan dengan metode penilaian untuk pemecahan masalah. Beberapa metode penilaian yang dapat digunakan adalah : (1) observasi, (2) jurnal metakognitif, (3) paragraf kesimpulan (Summary paragraph), test, portofolio. Tes yang dilakukan dapat berbentuk pilihan ganda, masalah masalah terbuka (open ended), dan pertanyaan kinerja untuk mengetahui apakah siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lengkap atau tidak. Tes kinerja ini, untuk penilaiannya dapat menggunakan rubrik baik rubrik holistik maupun rubrik analitik.
Problematika Pembelajaran Pemecahan Masalah di Sekolah Dasar
Pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah terutama di sekolah dasar tidaklah mudah. Perubahan paradigma dalam kurikulum matematika memang belum sepenuhnya berimbas pada praktik pembelajaran di sekolah dasar. Guru masih fokus kepada pencapaian kemampuan siswa dalam berhitung dan mengunakan rumus matematika, sementara kemampuan pemecahan masalah siswa masih dianggap sebagai kemampuan ekstra atau tambahan untuk siswa-siswa berprestasi tinggi. Berikut ini adalah berbagai problematika yang sering terjadi di lapangan pada pembelajaran pemecahan masalah yang secara umum disarikan sebagai berikut.
1. Persepsi Guru
Persepsi guru terhadap pemecahan masalah memang sangat beragam, hal ini dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan guru tentang konsep pemecahan masalah dan pembelajarannya. Guru kadang memandang bahwa kemampuan memecahkan masalah dapat diberikan jika siswa sudah mengasai seluruh konsep matematika, sehingga kadang-kadang diberikan di akhir pembahasan suatu topik sebagai pelengkap topik tersebut. Pembelajaran pemecahan masalah kadang-kadang tidak diberikan jika waktu tidak memungkinkan. Guru merasa cukup dengan pembelajaran perhitungan. Guru juga beranggapan bahwa masalah yang disajikan oleh guru hanya dalam bentuk soal cerita, padahal masalah dapat disajikan dalam berbagai bentuk model soal. Guru menganggap bahwa pembelajaran pemecahan masalah menyita waktu yang sangat banyak sehingga sering mengganggu program pembelajaran.

2. Perencanaan Pembelajaran Guru membuat perencanaan berdasarkan kurikulum sekolah (KTSP) secara konvensional. Guru kurang memersiapkan pembelajaran untuk pemecahan masalah sehingga pada pelaksanaannya penyelesaian soal-soal pemecahan masalah hanya sekedar latihan soal-soal cerita.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Guru melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah di akhir proses pembelajaran sebagai latihan soal cerita, belum dianggap sebagai suatu tujuan pembelajaran secara khusus berupa pendekatan pembelajaran. Guru biasanya mengajarkan tiga tahap penyelesaian soal cerita, yaitu : menentukan apa yang diketahui, ditanyakan dan jawaban. Hal ini tampak dari hasil pekerjaan siswa, walapun dari hasil uji coba soal cerita, siswa-siswa langsung menjawab soal tanpa mengikuti langkah-langkah yang ditentukan. Hal ini memang bergantung kepada cara guru mengajarkan strategi-strategi pemecahan soal cerita. Keadaan ini menyebabkan siswa tidak kretaif dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa sering mengajukan pertanyaan berkaitan dengan suatu soal cerita, seperti ”Pak, soal ini dikerjakan pake rumus apa?”.
Semenetara itu, dalam kondisi kelas dengan jumlah siswa yang banyak, guru sulit untuk merancang pembelajaran secara berkelompok, padahal salah satu aspek kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan bertukar pikiran dan informasi selama proses pemecahan masalah.
4. Penilaian Pembelajaran
Menilai kemampuan pemecahan masalah tidak hanya dari hasilnya saja tetapi yang lebih penting adalah kemampuan proses siswa dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, metode atau teknik penilain harus mampu menilai kemampuan proses siswa seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Akan tetapi, guru jarang menggunakan teknik-teknik penilaian yang seperti itu. Penilaian hanya dilakukan seperti pada tes uraian biasa sehingga kurang mendeskripsikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
5. Media atau Alat Peraga
Walaupun pemecahan masalah adalah aktivitas kognitif, tetapi siswa sekolah dasar masih membutuhkan media atau alat peraga selama aktivitas pemecahan masalah. Media yang sangat menentukan adalah LKS yang dibuat oleh guru untuk memandu atau melatih siswa dalam menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah. Sementara alat peraga yang dapat digunakan adalah alat-alat manipulatif untuk di eksplorasi siswa dalam kegiatan pemecahan masalah.
Akan tetapi, kenyataannya, guru hanya menggunakan sajian soal dari buku yang kurang memberikan ruang kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Sehingga LKS yang tersedia hanya berupa langkah-langkah, seperti : ”Diketahui”; ”Ditanyakan”; dan ”Dijawab”. Sementara alat peraga manipulatif jarang digunakan.




TEORI BELAJAR POLYA

Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai, sedangkan menurut Utari (1994) dalam (Hamsah 2003) mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan didalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Polya(1985) mengajukan empat langkah fase penyelesaian masalah yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan melakukan pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan.


Fase memahami masalah tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah tersebut dengan benar, selanjutnya para siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi.

Penyelesaian masalah, dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa lebih kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah, jika rencana penyelesaian satu masalah telah dibuat baik tertulis maupun tidak. Langkah selanjutnya adalah siswa mampu menyelesaikan masalah, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan. Mulai dari fase pertama hingga hingga fase ketiga. Dengan model seperti ini maka kesalahan yang tidak perlu terjadi dapat dikoreksi kembali sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Tingkat kesulitan soal pemecahan masalah harus di sesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil penelitian Driscol (1982). Pada anak usia sekolah dasar kemampuan pemecahan masalah erat sekali hubungannya dengan pemecahan masalah. Disadari atau tidak setiap hari kita diperhadapkan dengan berbagai masalah yang dalam penyelesaiannya, sering kita diperhadapkan dengan masalahmasalah yang pelik dan tidak bisa diselesaikan dengan segera. Dengan demikian, tugas guru adalah membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu siswa dalam memehami masalah, sehingga kemampuan dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang menggunakan kemampuan inguiri dalam menganalisa alasan mengapa masalah itu muncul. Dalam matematika hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah yang didalamnya termuat soal cerita untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan menyangkut berbagai hal teknik dan strategi pemecah masalah,pengetahuan, keterampilan dan pemahaman merupakan elemenelemen penting dalam belajar matematika terkadang guru menghadapi kesulitan dalam mengajarkan cara menyelesaikan masalah dengan baik. Sementara dipihak lain siswa mengalami kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan guru, kesulitan ini muncul, karena mencari jawaban dipandang sebagai satu-satunya tujuan yang ingin dicapai, karena hanya terfokus pada jawaban.

A.                Perencanaan Mengajarkan Pemecahan Masalah

Mengajar siswa untuk memecahkan masalah perlu perencanaan. Secara-garis besar, perencanaan itu sebagai berikut.

(1)               Merumuskan tujuan.

Tujuan itu hendaknya menyatakan bahwa siswa akan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin. Soal-soal yang serupa benar hendaknya dihindarkan sebab soal-soal yang demikian itu menjadi bukan masalah lagi bagi siswa tertentu.

(2)               Memerlukan pra-syarat.

Untuk menyelesaikan setiap masalah matematika, seorang siswa memerlukan pra-syarat pengetahuan, keterampilan dan pemahaman. Guru harus mengindentifikasi apa-apa yang sudah dipelajari siswa untuk suatu masalah sehingga masalah-masalah yang cocok sajalah yang disajikan kepada para siswa

Misalnya masalah berikut:

Buktikan jumlah dua bilangan prima kembar yang bukan 3 dan 5 habis dibagi 6.

Prasyarat yang perlu dimiliki seorang siswa untuk menyelesaikan masalah itu adalah bahwa siswa itu sudah mengerti arti habis dibagi 6, bilangan prima dan bilangan prima kembar. la sudah terampil menggunakan operasi membagi.

(3)               Mengajarkan Pemecahan Masalah.

Untuk belajar memecahkan masalah, para siswa harus mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan masalah. Apabila mereka berhasil menyelesaikan masalah, mereka perlu mendapatkan penghargaan. Jadi mereka perlu mendapatkan pendekatan pedagogik untuk menyelesaikan masalah. Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana seorang guru menyiapkan masalah-masalah untuk para siswa dan bagaimana guru itu membuat para siswa tertarik dan suka menyelesaikan masalah yang dihadapi. Guru harus mempunyai bermacam-macam masalah yang cocok sehingga bermakna bagi para siswanya. Sumber-sumber boleh diambil dari buku-buku, majalah-majalah yang berhubungan dengan matematika sekolah. Berikan masalah-masalah itu sebagai pekerjaan rumah. Pada suatu saat boleh juga para siswa memilih sendiri masalah-masalah itu, mengerjakan masalah-masalah tersebut, membicarakannya dan kemudian menyajikan penyelesaianya di depan kelas. Masalah-masalah tersebut dapat dikerjakan secara individu atau kelompok.

Agar supaya para siswa tertarik dan suka menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu diberikan penghargaan. penghargaan itu dapat berupa nilai atau penghargaan khusus lainnya. Pujian juga jangan dilupakan. Hal itu semuanya merupakan cara yang efektif untuk mendorong keberhasilan, walaupun banyak juga para siswa yang dengan senang hati menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi mereka memberikan penghargaan kepada diri mereka sendiri dengan kcberhasilan mereka itu.

Pertanyaan berikutnya yang timbul : "Bagaimana seorang siswa memulai menyelesaikan suatu masalah?" "Bagaimana strategi yang dapat dilakukan?" "Kemampuan apa yang akan bermanfaat baginya untuk menyelesaikan masalah itu?" Ketiga hal ini, secara bersama-sama merupakan usaha untuk menemukan.Untuk dapat mengajarkan pemecahan masalah dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Waktu yang diperlukan, untuk menyelesikan masalah sangat relatif artinya jika seseorang diperhadapkan dengan satu masalah dengan waktu yang diberikan untuk menyelesaikannya tidak dibatasi, maka kecendrungannya, orang tersebut tidak akan mengkonsentrasikan fikirannya secara penuh pada proses penyelesaian masalah yang diberikan.

Perencanaan, aktivitas pembelajaran dan waktu yang diperlukan harus direncanakan serta dikoordinasikan, sehingga siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk menyelesaikan  berbagai masalah dan menganalisis serta mendiskusikan pendekatan yang mereka pilih.

Sumber, buku matematika biasanya banyak memuat masalah yang sifatnya hanya rutin, maka guru dituntut untu menyembunyikan masalah-masalah lain sehingga dapat menambah soal pemecahan masalah.

Teknologi, sekalipun banyak kalangan yang tidak setuju dengan penggunaan kalkulator disekolah akan tetapi pada hal tertentu dapat digunakan, karena alat tersebut perlu dipertimbangkan penggunaannya.

C.    Langkah-langkah Penerapan strategi penyelesaian masalah menurut Polya.

Berbicara pemecahan masalah, kita tidak bisa terlepas dari tokoh utamanya yaitu Polya.  Menurut polya dalam pemecahan masalah.  Ada empat langkah yang harus dilakukan,

Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan (menyusun rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan Bapak problem solving.

Gambaran umum dari Kerangka kerja Polya:

1.         Pemahaman pada masalah (Identifikasi dari tujuan)

Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa anda memahaminya secara benar. Tanyalah diri anda dengan pertanyaan :

a)      Apa yang tidak diketahui?

b)      Kuantitas apa yang diberikan pada soal?

c)      Kondisinya bagaimana?

d)     Apakah ada kekecualian?

Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk
membuat diagranmnya dan mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada diagram tersebut. Biasanya dibutuhkan membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V=volume, m=massa dsb ).

2.         Membuat Rencana Pemecahan Masalah

Kedua: Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui yang memungkinkan anda untuk memghitung variabel yang tidak diketahui. Akan sangat berguna untuk membuat pertanyaan: Bagaimana saya akan menghubungkan hal yang diketahui untuk mencari hal yang tidak diketahui? . Jika anda tak melihat hubungan secara langsung, gagasan berikut ini mungkin akan menolong dalam membagi masalah ke sub masalah

  1. Membuat sub masalah

Pada masalah yang komplek, akan sangat berguna untuk membantu jika anda membaginya kedalam beberapa sub masalah, sehingga anda dapat membangunya untuk menyelesaikan masalah.

  1. Cobalah untuk mengenali sesuatu yang sudah dikenali.

Hubungkan masalah tersebut dengan hal yang sebelumnya sudah dikenali. Lihatlah pada hal yang tidak diketahui dan cobalah untuk mengingat masalah yang mirip atau memiliki prinsip yang sama.

  1. Cobalah untuk mengenali polanya.

Beberapa masalah dapat dipecahkan dengan cara mengenali polanya. Pola tersebut dapat berupa pola geometri atau pola aljabar. Jika anda melihat keteraturan atau pengulangan dalam soal, anda dapat menduga apa yang selanjutnya akan terjadi dari pola tersbut dan membuktikannya.

  1. Gunakan analogi

Cobalah untuk memikirkan analogi dari masalah tersebut, yaitu, masalah yang mirip, masalah yang berhubungan, yang lebih sederhana sehingga memberikan anda petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang lebih sulit. Contoh, jika masalahnya ada pada ruang tiga dimensi, cobalah untuk melihat masalah sejenis dalam bidang dua dimensi. Atau jika masalah terlalu umum, anda dapat mencobanya pada kasus khusus

  1. Masukan sesuatu yang baru

Mungkin suatu saat perlu untuk memasukan sesuatu yang baru, peralatan tambahan, untuk membuat hubunganantara data dengan hal yang tidak diketahui.Contoh, diagram sangat bermanfaat dalam membuat suatu garis bantu.

  1. Buatlah kasus

Kadang-kadang kita harus memecah sebuah masalah kedalam beberapa kasus dan pecahkan setiap kasus terbut.

  1. Mulailah dari akhir (Asumsikan Jawabannya)

Sangat berguna jika kita membuat pemisalan solusi masalah, tahap demi tahap mulai dari jawaban masalah sampai ke data yang diberikan

3.         Malaksanakan Rencana

Ketiga. Menyelesaikan rencana anda.

Dalam melaksanakan rencana yang tertuang pada langkah kedua, kita harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Sebuah persamaan tidaklah cukup!

4.         Lihatlah kembali

Keempat. Ujilah solusi yang telah didapatkan.

Kritisi hasilnya. lihatlah kelemahan dari solusi yang didapatkan (seperti: ketidak konsistenan atau ambiguitas atau langkah yang tidak benar )

Pada saat guru menggunakan strategi ini, sebaiknya ditekankan bahwa penggunaan objek yang dicontohkan dapat diganti dengan satu model yang lebih sederhana, misalnya :

Membuat gambar atau diagram.

Penekanan ini perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu aktual, yang penting bagian-bagian terpenting dari gambar itu dapat memperjelas masalah.

Menemukan pola

Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses menemukan suatu poladari sejumlah data yang diberikan, dapat mulai dilakukan melalui sekumpulan gambar atau bilangan.  Kegiatan yang mungkin dilakukan antara lain dengan mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau bilangan yang tersedia.  Sebagai suatu strategi untuk pemecahan masalah, pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara pasif melalui permasalahan yang dikeluarkan oleh guru, pada suatu saat keterampilan itu akan terbentuk dengan sendirinya sehingga pada saat menghadapi permasalahan tertentu, salah satu pertanyaan yang mungkin muncul pada benak seseorang antara lain adalah :Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan tiap data yang diberikan?.  Tanpa melalui latihan sangat sulit bagi seseorang untuk menyadari bahwa dalam permasalahan yang dihadapinya terdapat pola yang bisa diungkap.

Membuat tabel

Mengorganisasi data ke dalam sebuah tabel dapat membantu kita dalam mengungkapkan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi informasi yang tidak lengkap.  Penggunaan tabel merupakan langkah yang sangat efisien untuk melakukan klasifikasi serta menyusun sejumlah besar data sehingga apabila muncul pertanyaan baru berkenaan dengan data tersebut, maka kita akan dengan mudah menggunakan data tersebut, sehingga jawaban pertanyaan tadi dapat diselesaikan dengan baik.

Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik

Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan menggambar tabel.  Dalam menggunakan strategi ini, kita tidak perlu memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi.Yang kita perhatikan adalah semua kemungkinan yang diperoleh dengan cara sistematik. Yang dimaksud sistematik disini misalnya dengan mengorganisasikan data berdasarkan kategori tertentu.  Namun demikian, untuk masalah-masalah tertentu, mungkin kita harus memperhatikan semua kemungkinan yang bisa terjadi.

Strategi kerja mundur

Suatu masalah kadang-kadang disajikan dalam suatu cara sehingga yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu, sedangkan komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya muncul lebih awal. Penyelesaian masalah seperti ini biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan strategi mundur.

Contoh:

Bagas dan Soni berencana untuk makan di warung Pak Bimo dan pergi latihan softball bersama. Latihan softball dimulai pukul 10.00. Bagas memerlukan waktu ¾ jam untuk menjemput Soni dan pergi ke warung Pak Bimo dekat lokasi latihan softball. Untuk makan dan berjalan ke lokasi latihan diperlukan waktu 1 ¼ jam. Mereka ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai. Pukul berapa Bagas seharusnya meninggalkan rumahnya?

Jawab:

1.      Pemahaman pada masalah (Identifikasi dari tujuan)

Diketahui:

a.       softball dimulai pukul 10.00

b.      Menjemput Soni ¾ jam

c.       makan dan berjalan ke lokasi latihan 1 ¼ jam

d.      ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai.

e.       Pukul berapa Bagas seharusnya meninggalkan rumahnya?

2.      Membuat Rencana Pemecahan Masalah

Bekerja mundur salah satu langkah pemecahan masalah ini yang efektif dan efisien yaitu mulai dari pukul 10.00 kemudian dikurangi 15 menit dikurangi pula 1 ¼ jam selajutnya dikurangi lagi ¾ jam.

3.      Malaksanakan Rencana

Dengan memperhatikan rencana pemecahan masalah yang telah dibuat maka dapat dihitung sebagai berikut:

Dimulai pukul 10.00. Tiba di lokasi 10.00-15 menit = 9.45

Makan dan berjalan 9.45 1.15 = 8.30

Menjemput Soni dan ke warung 8.30-45 menit = 7.45

Jadi Bagas meninggalkan rumah pukul 7.45

4.      Lihatlah kembali

Dengan memeriksa setelah mendapatkan hasilnya dapatlah dicek kebenarannya dengan memulai berangkat dari pukul 7.45 kemudian menambahkan ¾ jam = 7.45 + 45 = 8.30 selajutnya 8.30 dijumlahkan dengan 1 ¼ jam = 8.30 + 1.15 = 9.45 . Hal ini berarti bahwa benar tiba 15 menit sebelum pukul 10.00 sehingga lebih yakinlah peserta didik bahwa jawaban yang dicari benar.

Menggunakan kalimat terbuka

Strategi ini juga termasuk sering diberikan dalam buku matematika sekolah dasar.  Walaupun strategi ini termasuk sering digunakan, akan tetapi pada langkah awal anak seringkali mendapat kesulitan untuk menentukan kalimat terbuka yang sesuai. Untuk sampai pada kalimat yang dicari, seringkali harus melalui penggunaan strategi lain, dengan maksud agar hubungan antar unsur yang terkandung di dalam masalah dapat dilihat secara jelas.  Setelah itu baru dibuat kalimat terbukanya.

D.    Aplikasi Pemecahan Masalah Polya Dalam Pembelajaran Matematika

Contoh : Seorang guru mengajukan masalah dengan meminta siswa untuk menjumlahkan 100 bilangan asli yang pertama.

Jika siswa tersebut menjumlahkan angka 1,2,3...100 maka akan menyita waktu yang cukup lama untuk menemukan jawabannya, akan tetapi dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah maka waktu yang digunakan cukup cepat.

Memahami masalah : bilangan 1,2,3,4...100 dengan demikian masalah yang muncul adalah 1+2+3...+100 = ....?

Merencanakan penyelesaian, salah satu strategi yang diterapkan adalah mencari kemungkinan adanya satu pola.Untuk menyelesaikan masalah ini bila dilakukan pola seperti :

    1 + 2  + 3 + ............. + 100 = x

100 + 99+98+...............+     1= x

101 +101+101 + ..........+101 = 2x

Karena jumlah nya 101maka ada 100 pasang bilangan yang berjumlah 101.

Menyelesaikan masalah, jika terdapat 100 pasang bilangan 101, maka hasilnya adalah 2x, maka akan di peroleh 100 x 101 = 2X

                                                      X = 1010/ 2

                                                      X =  5050

Memeriksa kembali, metode yang digunakan secara matematika sudah benar. Sebab penjumlahan dapat dilakukan dalam urutan yang berbeda dan perkalian adalah penjumlahan yang berulang.

Jika masalah umum muncul, tentukanlah jumlah n bilangan asli yang pertama :

1 + 2 + 3 ... + n. Dengan n bilangan asli.  Jika merupakan bilangan genap, maka cara seperti sebelumnya dapat digunakan

  1 + 2 + 3   + . . . . . . . . . .+ n = X

  n  + .................   .3 + 2  + 1  = X


(n + 1 )                                    =2X

pasangan bilangan yang masing-masing berjumlah n + 1.  Sebanyak n maka dengan demikian jumlah keseluruhan didapat ( n / 2 ) ( n + 1 ).

4)      Melihat Kembali Penyelesaian

Langkah "melihat kembali" untuk melihat apakah penyelesaian yang kita peroleh sudah sesuai dengan ketentuan yang diketahui dan tidak terjadi kontradiksi merupakan langkah terakhir yang penting. Terdapat empat komponen untuk mereviu suatu penyelesaian sebagai berikut.

1)      Kita cek hasilnya.

2)      Kita intepertasikan jawaban yang kita peroleh.

3)      Kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah ada cara lain untuk mendapatkan penyelesian yang sama.

4)      Kita bertanya kepada diri kita sendiri apakah ada penyelesaian yang lain ?

Perlu kita sadari janganlah kita langsung mengharapkan dapat menjawab benar untuk semua masalah. Menyelesaikan masalah memerlukan waktu dan berkelanjutan, tidak terpenggal-penggal dalam proses berpikir kita. Namun bila pendekatan yang kita gunakan tepat, nampaknya masalah yang sulit kadang-kadang berubah menjadi masalah yang mudah.

B.     Karakteristik Bagi Orang Yang Mampu Melakukan Problem Solving

Pemecahan masalah telah dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu diantaranya di lakukan oleh Dodson (1971); Hollander (1974) dalam Wono Setya Budi (2005:3).   Menurut mereka kemampuan pemecahhan masalah yang harus ditumbuhkan adalah :

1)      Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika.

2)      Kemampuan untuk mencatat kesamaan, perbedaan dan analog.

3)      Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur yang benar.

4)      Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan.

5)      Kemampuan menaksir dan menganalisa.

6)      Kemampuan mengvisualisasi dan menginterpretasi kuantitas.

7)      Kemampuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh.

8)      Kemampuan untuk berganti metoda yang di ketahui.

Selain kemampuan di atas, siswa mempunyai keadaan yang tentu untuk masa yang akan datang sehingga dengan percaya diri dapat mengembangkan kemampuan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Adjie.Nahrowi.(2006)PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.Bandung.UPIPRESS
BSNP (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.