“tidurlah
dalam keadaan taubat dari segala dosa, hati bersih kepada sesame muslim dan tak
ada bisikan dalam diri untuk melakukan sebuah kezaliman kepada siapapun” (Abu
Hamid Muhammad Al Ghazali rahimuhullah)
Mu’az
bin Jabal, sahabat besar. Suatu hari beberapa penghafal Al quran dimasa
Rasulullah/ yang bahkan sahabat-sahabat lain diperintahkan mengambil alquran
darinya. Yang mendapat predikat istimewa dari Rasulullah langsung sebagai orang
yang paling tahu hukum halal dan haram. Wajahnya cerah, matanya berbinar, bila
berbicara berwibawa dan ilmunya sangat luas. Orang –orang diDamaskus, dimasanya
sangat mengaguminya dan mengembalikan banyak urusan kepada fatwanya.
Tapi
seperti apakah ia memandang urusan tidur? Ia menjelaskan,” aku sungguh
memperhirungkan pengharapanku pada urusan tidurku seperti aku memperhitungkan
pengharapanku pada urusan terjagaku”.
Baginya
tidr bukan sekadar urusan memejamkan mata. Ada pengharapan akan pahala,
sekaligus penyikapan yang bemar dalam memandangnya. Bahkan ia sama [etingnya
memandang tidur de3ngan terjaga, dalam kaitannnya dengan mengaitkannya
pengharapan kepada Allah.
Itu
sebabnya, ketika suatu hari seorang anak muda meminta naseha kepadanya, ia
dengan cermat menasihati berbagai hal yang disitu tampak ditekankan
kesemimbangan. Tidak lupa pula ia memasukkan nasehat untuk tidur sebagai
pengimbang tergaja. Kata Mu’as lepada pemuda itu “berpuasalah dan berbukalah.
bangun shalatlah tapi juga tidurlah. Bekerjalah mencari rezeki, tapi jangan
berbuat dosa. Jangan mati kecuali sebagai muslim dan jauhi olehmu do’a orang
yang teraniaya”
Nasehat
itu melengkapi semua yang mungkin kita jalani dalam hidup kita, dari ibadah dan
mencari karunia dunia. Dari terjaga hingga tertidur. Dari hidup hingga mati.
Dan jangan sampai menganiaya diri sendiri apa lagi orang lain.
Disepanjang
siang yang gaduh, kita adalah pada pencari. Memburu apa saja yang kita duga
kuat akan kita dapat. Maka semua itu punya kadarnya untuk membekaskan lelah.
Lelah firik, lelah hati dan lelah fikiran. Secara umum lelah – lelah itu adalah
apa apa yang kita lalui bersama siang. Sebab, dikala itulah keanyakan kita
mencari penopang kehidupan, seperti dijelaskan dalam Al quran, “dan kami
jadikan siang untuk mencari penghidupan”. Kita mencari hidup, maka kita akan
lelah. Kita lelah, maka kita mendapatkan hidup.
Yang
unik dan perlu kita renungkan kembali, ketika Al quran berbicaratemtanf siang
sebagai sarana mencari penghidupan, pada saat yang sama Al quran selalu
berbicara tentang dua hal lan yang senantiasanya melengkapi. Yaitu berbicara
tentang malam, dan juga bicara tentang tidur. Dengan jelas Allah
berfirman,”Dialah yang menjadikan untumu malam (sebagai) pakaian dan tidur
untuk istirahat, dan dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.,”. (qs Al
furqan 47). Atau dalam ayat yang lain, “dan Kami jadikan tidurmu untuk
istirahat, dan Kami jadikan siangmalam sebagai pakan, dan Kami jadikan siang
untk mencari penghidupan.” (qs An Naba’. 9-11)
Dengan
demikian, tida serangkai ini , yakni siang untuk berusaha, malam sebagai
pakaian, dan tidur sebagai istirahat, merupakan pilar penting kehidupan kita
yang tidak bisa kita abaikan salah satunya. Ketiganya harus kita letakkan dalam
suatu kesatuan dan kita beri perhatian yang sama seriusnya. Siang sama
seriusnya dengan malam,dan malam serta siang serta pentingnya soal tidur.
Malam
sebagai pakaian memiliki makna yang sangat kuat dan mendalam. Bahwa seperti
pakaian, malam bisa menutupo aurat kita, saat kita tidak ingin dilihat oleh
orang lain. Sementara Said bin Jubair menjelaskan makna lain, bahwa malam
sebagai pakaian adalah pada aspek kelembutannya, dengan pakaian lembut, badan
kita merasa nyaman, demikian juga malam, ia begitu lembut sehingga membuat kita
bisa istirahat.
Siang
sebagai rentang waktu pencarian dan usaha member kita peluang, kesempatan dan
jemungkinan, tapi siang juga memberi kita ketidak pastian, disinilah kemudian
kita sering merasakan bahwa seluruh perjalan hidup kita terkuras oleh siang.
Seluruh hidup kita tersita oleh siang. Tentu dalam pengertian siag sebagai
hari-hari berjibaku untuk menyambung hidup.
Lelah
itu sendiri tidak semata karena jerih payah yang harus kita keluarkan. Atau
pikiran yang kuta kuras, perasaan yang kita pertaruhkan, ataupun segala
perngorbanan yang kita persembuahkan. Kita juga sangat lelah oleh kepastian
yang tidak pasti. Apakah kitabisa berharap? Ya. Pasti. Tapi apakan kita
memastikan harapan itu pasti kita dapat? Tidak. Apakah kita pasti mendapat
hatah? Ya. Tapi apakah kita tahu kapan dan berapa jatah kita dari usaha
tersebut? Tidak. Ini kelelahan dibalik kelelahan.
Setelah
memahami karakter siang yang seperti itu, kita akan menyadari betapa mahal dan berharganya karunia yang
melengkapinya:tidur. Bisakah kita membayangkan, bila sepanjang hidu kita hanya
terjaga. Dalam siang enuh beban. Lalu kita tidak mendapatkan nikmat lelap dan
lupa lewat tidur.
Tidur
adalah nikmat dan karunia yang besar. Tidak semata fungsinya sebagai jeda. Saat
kita mengambil kembali energy. Tapi, menurut para ulama, “Tidur itu sendiri merupakan
nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah dengan campur tangan- Nya
langsung, dan tanpa bisa kita terlibat didalam mengadakannya,” kita mungkin
bisa merebahkan diri, tapi bukan kita sendiri yang membuat diri kita tidur.
Kita bisa membaringkan diri, tapi bukan kita sendiri yang membuat kita bisa
lelap dalam tidur. Kita mungkin bisa memejamkan mata, tapi bukan kita yang
membuat kita bisa terdirur pulas. Bahkan sesudah itu, bukan sendiri yang
membuat kita bisa terbangun.Allah juga yang membuat kita bisa terbangun,
meskipun pemicunya bisa apa saja.
Ulama
yang lain menjelaskan,”Tidur merupkan karunia yang diberikan Allah tanpa
ikhtiar manusia.” Artinya Allah sendiri yang memberi kita tidur, dan bukan
hasil dari jerih payah kita. yang kita lakukan hanyalan menyiapkan diri untuk
mendapatkan karunia tidur itu, ketika kita menginginkannya. Itu sebabnya,
katang kita menginginkan tidur, tapi kita tak juga bisa tidur, karena kita
tidak diberi tidur. Sebaliknya, kita juga tidak bila melawan kantuk kantuk dan
tidur, ketika dia didatangkan oleh Allah SWT kepada kita.
Allah
yang memindahkan kita kea lam lain disaat tidur. Allah yang membuat kita
tertidur. Apa yang dijeaskan oleh ulama diatas, sesuai dengan firman Allah,
“Dam Dialah yang mendirukan kamu dimalam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu
kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada suang haru untuk
disempurkakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah kamu
kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu jamu kerjakan.” (qs,
al an’am:60)
Ini
merupakan bentuk kasih sayang Allah yang sangat besar. Dia yang telah
mengetahui lelah hamba-hamba Nya di siang hari, berkenaan memberi jeda yang
menyegarkan, dengan cara membuat hamba-hambaNya itu bisa tidur. Bila urusan
tidur ini murni dan sepenuhnya diseragkan kepada kita , niscaara kita tidak
akan mampu. Imam Arraghip Al Asfahani mengatakan,”Tidur adalah kematian yang
ringan, sedang mati adalah tidur yang sangat mendalam.” Kedua hal tiatas kita
tidak bisa menciptakannya bahkan untuk kita sendiri. Sudah banyak penelitian
tentang masyarakat di Barat yang ketergantungannya terhadap obat tidur sangat
tinggi. Di beberapa Negara, bahkan hingga 35% dari total orang dewasanya
memiliki ketergantungan tinggi kepada obat tidur.
Bagi
kita, tidur tidak bisa dilebaskan dari urusan iman. Kesadaran tentang tidur
yang tidak bisa dipisahkan dari iman, juga dijelaskan Alllah dengan cara lain.
Yaitu ketika Allah menjelaskan bahwa tidur merupakan sifat yang mustahil bagi
Allah. Sebaliknya , itu adalah sitat makhluk-Nya. Bahkan sekadar tiupan antuk
dalam sejenak pun tidak akan terjadi pada Allah. Mahasuci Allah. “ Allah. Tiada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya): tidak mengantuk dan tidak tidur. (qs Albaqarah 255)
Ibnu
Katsir menjelaskan, bahwa ayat diatas menjelaskan bahwa tidur merupakan salah
satu sidat yang menunjukkan kemakhlukkan ciptaan Allah, khususnya manusia.
Dimana kita tidak sempurna. Dan hanya Allah Yang Maha Sempurna, sementara,
Sayyid Qutb menguraikan, bahwa ayat kursi diatas menguatkan betapa Allah tak
berhenti mengurus segala sesuatu. Dan sebaliknya, betapa tidak ada sesuati yang
tidak bergantung urusannya kepada-Nya. Sekaligus penjelasan bahwa Allah tidak
sama dengan makhluk-Nya. Dan Maha Suci Allah.
Bagi
kita, tidur tidak bisa dilepaskan daru urusan iman. Dan begitulah Rasululllah
teladan kita mengajarkan kepada kita. bahwa proses kita untuk tidur seyogyanya
kita jalani dengan ‘deklarasi penyerahan diri’. Tentu agar Allah berkenaan
membuat kita tidur, menjada kita selama tidur dan menjadikan tidur tersebut
sebagai sumber pemulihan energy yang
sangat baik dan menyehatkan.
Deklarasi
penyerahan diri itu dengan sangat jelas bisa kita baca dalam do’a menjelang
tidur, yang telah diajarkan Rasulullah kepada kita, dalam sebuah hadist shahih,
riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, “ Ya Allah aku searahkan jiwaku ini
kepada-Mu, aku hadapkan wajah ini kepada-Mu,aku sandarkan punggungku kepada-Mu,
dengan penuh harap dan takut kepada-Mu,
kecuali dengan berpasrah kepada-Mu.
Coba
kita renungkan co’a diatas beberapa kali. Coba kita baca beberapa kali. Lalu
kita hayati seluruh kedalaman isinya. Dan itu adalah do’a menjelang tidur. Kita
akan bisa merasakan, betapa untuk menyambut karunia besar beruba tidur, kita
harus merasakan apa yang kita sebut dengan deklarasi penyerahan diri kepada
Allah. Dan itu tidak mungkin kita lakukan dengan baik bila kondisi hati kita
bukan buruk, pikiran kita masih kacau, itu tidak mudah, dan itu ula yang kita maksud
dengan : berjuang membawa lapang hati bersama tidur.
Karena
itu, Imam Ibnu Qayyim lebih jauh menjelaskan terkait dengan do’a menjelang
tidur tersebut, “Menyerahkan urusan kepada Allah artinya mengembalikannya
kepada-Nya. Dan itu mengharuskan hati yang tenang dan tuma’ninah, ridha dengan
apa yang diputuskan-Nya. Dan penyerahan diri merupakan kedudukan paling mulia
dari maqom penghambaan. Adapun menyandarkan punggung kepada Allah SWT mencakup
penyadaran diri yang kuat kepada-Nya, percaya kepada-Nya, dan merasa tentram
bersama-Nya, bertawakkal kepadanya. Sebab, barang siapa yang menyandarkan
punggungnya kesandaran yang kokoh, ua tidak aan takut jatuh.
Begitulah
Ibnu Qayyim menjelaskan dengan indah betapa tidur memerlukan deklarasi
penyerahan diri, dan itu adalah tingkatan ibadah yang tinggi. Sekalipun juga
menjelaskan betapa bersama tidur harus kita iringi dengan suasana hati yang
tenang, tu’maninah. Dijenal itu ada gabungan antara suasana hati yang baik dan
do’a yang kuat. Dua hal itu yang akan menjadi penjaga luar biasa. Maka Ibnu
Taimiyah berkata,”hati yang jujur dan do’a yang baik adalah pasukan penjaga
diri yang tidak akan terkalahkan.”
Menjelang
tidur adalah saat penting untuk berjuang. Momen yang selama ini mungkin kita
anggap tidak penting, dan kita lewati begitu saja. Padahal itu memiliki kaitan
yang serius dengan urusan hidup kita sendiri. Berjuang membawa lapang hati
bersama tidur, akan menjadikan kita hamba Allah yang tahu diri. Sebab, dengan
itu kita menghargai dengan baik karunia Allah yang diberikan kepada kita berupa
kebiasaan dan kemampuan untuk tidur. Bila di siang hari kita diuji dengan
ketidaktahuan, maka dimalam hari kita mendapat suasana yang lebih menentramkan,
malam yang menyelimuti. Karenanya, membiarkan hati masih dalam kondisi kacau, penuh
dengan penyakit, pada saat kita harus memasuki karunia besar dimalam yang
lembut, menjelang tidur, adalah sebentuk sikap tidak tahu diri sekalidur
mencederai rasa syukur, seorang
salafusshalih mengungkapkan kata-kata bijak, “hati yang bersih dan perasaan
yang jernih adalah sebaik-baik bantal untuk tidur dan istirahat.”
Dalam
ketidakpastian jerih payah siang, ada jeda yang membuat kita tidak punya
pilihan kecuali berhenti, dan bahkan pindah kealam lain, keadam tidur. Kita
dibuat tidur oleh Allah. Itu merupakan kondisi fisik yang tidak bisa kita
lawan. Karena itu yang kita perlukan adalah menyertai isitahat fisik dengan
istirahat hati. Itu yang kita maksud dengan deklarasi penyerahan diri menjelang
tidur. Itu yang kita maksud dengan berjuang membawa lapang hati bersama tidur.
Sebab, seperti diteladankan Mu’adz bin Jabal, kita seharusnya memperhitungkan
pengharapan pada urusan tidur, seperti memperhitungkan pengharapan pada urusan
terjaga kita.
Perjuangan Membawa Lapang Hati Bersama
Tidur
Seperti
halnya makan, minum, tertawa dan menangis, tidur itu adalah tabiat kita lakukan
kapan saja, ketika dorongan untuk melakukannya datang. Ketika kantuk dan rasa
lelah menyerang, tidur bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Tapi tatkala
kita bicara soal tidur dan malam sebagai ruangnya, maka ia tidak selalu
sesederhana yang kita kira. Terlebih jika topiknya adalah membawa kelapangan
hati, walaupun itu sesuatu yang memang harus kita usahakan, harus kita
perjuangkan.
Melepas
Beban Hati, Meretas keridhaan
Perjalanan
kita bersama waktu disepanjang hari tentu tidak semua menyenangkan. Dibelakang
interaksi kita dengan banyak orang dan dengan beragam keadaan, pasti disana
menyelinap sesuatu yang tidak nyaman itu pasti pula menjadi beban dalam hati
kita, dalam keidupan kita.
Tidakmudah
melupakan beban itu, tidak gampang melupakan kekeliruan orang pada kita.
seperti juga tidak gampang memberi maaf untuk sebuah kesalahan. Tapi kita
diberi sarana tidur oleh Allah untuk melepaskan segala jenis kelelahan yang
kita temui disepanjang hari. Termasuk pula kelelahan batin dan hati yang lahir
dari interaksi kita dengan sesame manusia.
Namun
agama kita mengajarkan, bahwa beban hati itulah yang lebih layak untuk segera
kita buang bersama tidur, ketimbang sekadar rasa capek dan lelah fisik. Ketika
kita merebahkan badan di atas kasur atau dipan, meletakkan kepala diatas
bantal, setelah berdo’a dan berdziir tentunya, segera pula hati kita kosongkan
dari berbagi penyakit seperti dendam, dengki, angkuh, seombing dan sebagainya.
Sebab itulah salah satu jalan kita meraih maat dan perlindungan-Nya.
Imam
Ibnu Katsir dalam tafsirnya, mengisahkan seorang sahabat nabi yang selalu
melakukan hal seperti itu sebelum tidurnya. Dan Rasulullah SAW mengapresiasi
perilaku terpuji itu dengan janji surge, seperti yang disampaikan Allah kepada
beliau.
Anas
bin Malik ra yang meriwayatkan kisah ini menyatakan, bahwa ketika sedang duduk
bersama rasulullah saw, beluau bersabda,” Akan muncul kepada kalian seorang
laki-laki penghuni surga.” Tak lama, muncul seorang lelaki anshar yang
janggutnya masih menetes sisa air wudhu, sambil menenteng kedua sandalnya
ditangan kiri. Tiga hari berturut-turut Nabi SAW menyatakan hal yang sama,
lelaki itu pun selalu muncul dengan keadaan yang sama.
Hari
ketiga, setelah Rasulullah berdiri, Abdulllah bin Amru bin Ash ra mengikuti
lelaki itu dan menyatakan kepadanya,”aku serang bertengkar dengan ayahku dan
bersumpah tidak menemuinya selama 3 hari. Jika boleh, ijinkan aku tinggal
dirumahmu tiga malam.”
“Tentu,”
jawab laki-laki itu.
Abdullah
bercerita,”aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, tapi tak
pernah kutemukan ia mengerjakan shalat malam sama sekali. Hanya ketika ia
terbangun dari tidur dan beranjak dari dipannya, ia berdzikir kepada Allah azza
wa jalla dan berakhir hinggga ia mendirikan shalat fajar. Selain itu, aku juga
tidak pernah mendengar dia berkata kecuali yang baik-baik, maka ketika berlalu
tiga malam dan hampir saja aku menganggap sepele amalannya, aku
berkata,”Sebenarnya, antara aku dan ayahku tidak ada perselisihan seperti yang
kukatakan, akan tetapi aku mendengar Rasulullah saw bersabda tentang dirimu
tiga kali,”Akan muncul pada kalian pada seorang laki-laki penghuni surge,” dan
kamulah yang muncul. Maka aku ingin tinggal dengan mu agar dapat melihat apa saja
yang kamu kerjakan hingga aku bisa mengikutinya. Namun aku tidak pernah
melihatmu mengerjakan amalan yang banyak, lalu amalam apa yang membuat
Rasulullah saw sampai menyatakan engkau ahli surga?”
Lelaki
itu menjawab, “Tidak ada amalan yang kukerjakan selain seperti yang kamu
lihat,” Tapi tatkala aku berpaling, lelaki tersebut memanggilku dan berkata,
“Tak ada amalan yang kulakukan selain yang kamu lihat. Hanya saja aku tidak
pernah mendapati diriku rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin,
dan aku juga tak pernah merasa dengk kepada seorang atas kebaikan yang telah
dikaruniakan oleh Allah kepadanya,”Abdullah ra pun berkata,”Itulah yang membawa
mu pada derajat ini, dan itu pula yang tidak dapat kami lakukan.”
Melakukan
itu tentu sebuah kerja keras dan kesungguhan. Sebab alau tidak, tentu Abdullah
tidak mengatakan,”Dan itu pula yang tak dapat kami lakukan.”
Berjuang
membawa lapang hati bersama tidur, memiliki ujung yang sangat jauh, jauh
sekali. Ialah bahwa seorang bisa dengan itu mencapai derajat tinggi, mendapat
janji surge. Maka tidak berlebihan bila urusan tidur tidak sekadar memejamkan
mata dan melemparkan tubuh. Tidur adalah saat-saaat sangat penting dan utama,
tempat kita bisa mengerjar surga dengan membangun suasana hati yang benar. Itu
yang kita maksud dengan perjuangan.
Agar
Malam Tak Ternoda oleh Perilaku Kita yang Buruk
Malam
adalah bagian dari kehidupan kita yang memiliki banyak keistimewaan Allah
menurukan Alquran dimalam hari. Allah meng Isra’kan Rasulullah saw juga malam
hari. Allah turun untuk mendengarkan dan menjawab do’a-do’a kita pun dimalam
hari. Mala tidak pantas rasanya, jika malam yang menjanjikan banyak keindahan,
kedamaian dan pahala itu kita habiskan hanya untuk hal-hal yang tak bermanfaat.
Karena
itu, agama melarang kita melewati malam dengan banyak bergadang, mengobrol yang
tidak penting, sebab berpotensi mendatangkan perilaku dan keadaan yang buruk.
Nabi saw mengingatkan,”Tidak ada bergadang kecuali bagi seorang yang melakukan
shalat atau menempuh perjalanan.”(HR Ahmad).
Salman
AlFarisi ra meriwayatkan, bahwa manusia terbagi dalam tiga keadaan setelah
shalat isya. Ia berkata, “Jika manusia telah melakukan shalat isya, maka mereka
berada dalam tiga keadaan :diantara mereka ada yang mendapatkan kebaikan dan
tidak ditimpa keburukan, ada yang ditimpa keburukan dan tidak mendapatkan
kebaikan, dan ada juga yang tidak mendapatkan kebaikan dan kuga tidak ditimpa
keburukan.”
Sakman
kemudian menjelaskan, bahwa orang yang melakukan shalat isya, lalu mengambil
kesempatan dari kelalaian orang lain dari gelapnya malam dengan melaksanakan
shalat malam maka itulah golongan pertama, sedangka orang yang tidur, maka ia
tidak mendapatkan kebaikan dan tidak juga tidimpa keburukan. Adapun orang yang tidak termasuk kedalam dua golongan ini, tentulah ia
termasuk kelompok uang ketida ditimpa keburukan dan tidak mendapatkan kebaikan.
Dua
riwayat diatas, secara jelas menyebutkan bahwa bergadang ada sesuatu yang tak
disukai, bahkan akan menjadi haram jika hal itu menyembabkan kita melalaikan shalat
subuh, terlabih jika bergadang itu dilakukan dalam hal nyata yang diharamkan.
Imam
Malik rahimmahullah berkata,”Sesungguhnya Umar bin Khatab ra pernah kehilangan
Sulaiman bin Abi Hatsmah pada shalat subuh. Lalu ia pergi ke pasar, sementara
tempat tinggal sulaiman berada antara pasar dan Masjid Nabawi. Kemudian ia
berkumpa denhan Syifa, ibu sulaiman. Ia berkata kepadanya,”Aku tidak melihat
Sulaiman pada shalat subuh!” Ibunya menjawab. “Sesungguhnya dia shalat malam,
lalu tertidur”. Umar lalu berkata, “Melakukan shalat subuh dengan shalat
berjamaah lebih aku sukai dari pada melakukan shalat malam”.
Lihatlah,
betapa Umar ra mencela Sulaiman bin Abi Hatsmah. Padahal bergadang yang ia
lakukan untuk mengerjakan shalat malam. Hal itu karena melalaikan sesuatu yang
lebih utama darinya: shalat subuh berjamaah.
Oleh
karena itu, sebagian ulama tidak suka menghidupkan seluruh malam untuk tahajud
agar mereka tidak tertinggal shalat subuh berjamaah. Asy Syathibi, misalnya,
memberi catatan, “Tidak mengapa bergadang, selama tidak berdampak negative
terhadap shalat subuh.”
Shalat
malam tentu sesuatu yang mulia. Tapi akan lebih baik jika kita tetap menyisakan
waktu untuk tidur, sebelum shalat malam tersebut atau sesudahnya. Dan kita
perlu berjuang melakukan itu dengan menjauhkan diri dari apa saja yang membuat
kita bergadang, agar malam tidak terlewati hanya dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat.
Setelahnya,
Ada Sumber Kekuatan yang Kita Butuhkan
Malam
dihadirkan Allah untuk kita sebagai tempat beristirahat, sebagai waktu untuk
tidur. Tapi tentu tidak sepenuhnya untuk tidur. Malam tidak dibentangkan
hanya untuk memejamkan mata agar
kegelapan berlalu tanpa kita rasa, atau agar kelelahan benar-benar hilang
sebelum kita menikmati berbagai aktifitas disiang selanjutnya.
Malam
terlalu murah jika harus kita habiskan hanya untuk tidur. Malam terlalu rendah
jika kita lewatai hanya dengan mendengkur. Sebab malam tidak hanya membantu
kita memulihkan kekuaran kita yang terkuras disiang hari, tapi juga mengasup
kita kekuatan maknawi yang jauh lebih kita butuhkan untuk kehidupan.
Disebagian
malam ada waktu untuk bermunajat, mendirikan shalat, dan berdo’a setelah kita
tidur. Itulah sumber kekuatan yang sering kali kita lewatkan karena
mengutamakan tidur. Itulah uang kita sebut dengan shalat tahajud atau shalat
malam.
Mungkin
kita tidak tahu, bahwa tahajud berasal dari kata dasar hujud yang berarti
tidur. Bahkan dalam kamus bahasa arab, kata “al haajid” memiliki dua makna:
yang tidur dan yang shalat malam. Ini memberi makna bahwa tidur yang disediakan
Allah untuk kita pada malam hari, sesungguhnya bukan semata aktifitas memejam
mata dan merebahkan tubuh untuk melepaskan kelalahan fisik, tapi juga shalat
dan mermunajat dalam dekapan dan kesyahduan amalam untuk mengembalikan
kelelahan jiwa. Karena itu, dikatakan oleh sebagian ulama bahwa tahajud berarti
perbuatan meninggalkan tidur dalam makna fisik untuk melakukan shalat.
Tapi
ini tentu saja tidak mudah. Karena meninggalkan tidur yang lelah untuk
melakukan tahajud ditengah dearaan rasa lelah dan dingginnnya malam, sangatlah
berat. Memerlukan kesungguhan dan kesadaran untuk meraih yang terbaik. seperti
yang Allah swt tegaskan, “sesungguhnya bangun diwaktu malam, dia lebih berat
dan bacaan diwaktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya bagimu disiang hari
kesibukan yang panjang.” Qs. Almuammil 6-7)
Ayat
ini memberi kita dua kesimpulan penting. Pertama, sengaja untuk bangun mlam.
Kedua, bacaan dimalam hari memiliki efek dan dampak yang lebih mengesankan.
Sengaja bangun malam hanya bisa dilakukan oleh rang yang memiliki niat kutat,
dan niat yang kuat perti didorong oleh motivasi yang kuat. Sehingga pekerjaan
tersebut akan dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Terlebih shalat
ini hanya sunnah, yang dorongannya tidak sekuat shalat wajib. Oleh sebab itu
kesungguhan kita akan diganjar oleh Allah swt dengan karunia yang tak
terhingga. Mala Allah pun berfirman,”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa ada
didalam surge dan dekat dengan air yang mengalir. Sambil mengambil apa yang
diberi oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sembulm ini didunia adalah
orang-orang yang beruat baik. Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan di
akhir-akhir malam mereka memohon ampin kepada Allah.” (QS Azzariyat:15-28)
Sebenarnya
bukan hanya surga. Bahkan didunia ini pun kita akan mendapatkan kekuatan yang
sangat kita butuhkan dari tahajud atau munajat kita, menguhkan iman kita, jiwa
kita, dan mental kita untuk menghadapi masalah hidup didunia ini. Dan melakukan
itu, sekali lagi tidak mudah. Tapi perlu niat, kesungguhan dan perjuangan.
Kadang
kita menciptakan kerumitan sendiri
Tidur
dimalam hari sebenarnya hanyalah aktifitas yang mudah, sekalar merebahkan badan
yang kelalahan, kemudian memjamkan mata yang telah didera kantuk. Tapi
seringkali kita tidak mampu melakukan hal yang sederhana itu. Bahkan sebagian
kita merasakan ketersiksaan yang amat berat karena tidak mampu melakukan nya.
Bukan lantaran kita didera sakit paraatau menderita insomnia yang akut, tapi
karena kerumita yang kita ciptakan sendiri.
Kita
menciptakan gelisah gundah, dan cemas yang tidak perlu dalam diri kita. ketika
telah berada diatas tempat tidur kita
biarkan pikiran kita bermain dengan segala macam problem yang kita hadapi
disiang hari. Kita lepaskan ingatan kita berselancar diatas segala
persoalan-persoalan kerka yang belum selesai, mengarung gelombang ketidak
pastian marei yang kita kejar, dan menelusuri lorong-lorong gelap obsesi yang
tak terkendalikan. Akhirnya, malam terus berlalu tapi kita belum juga bisa
memjamkan mata. Fisik ini mulai terasa tak nyaman, sementara pagi semakin
dekat. Malam-malam panjang hanya kita lewati dengan kegelisahan yang kita
ciptakan sendiri.
Ketika
kita telah merebahkan tubuh, boleh kasur yang menampung tubuh kita sebenarnya
cukup nyaman untuk segera mengantarkan kita kedalam keterlelapan tidur. Namun
saat itu, kita biarkan pikiran berkelana menghitung dan mengkalkulasikan
seusuatu yang menjadi milik orang lain. Lalu membandingkannya dengan apa yang
kita miliki. Kita selipkan rasa iri, kecemburuan, dan ketidak puasan terhadap
apa yang kita terima ke dalam hati kita, sehingga walaupun mata terpejam, tapi
hati dan pikiran terus terjaga hingga malam hampir saja berakhir.
Kita
menciptakan kerumitan sendiri dalam diri kita. kita menyiksa diri sendiri
dengan sesuatu yang tidak perlu. Ya, tidak perlu. Karena persoalan-persoalan
yang kita bawa hingga ketempat tidur itu tidak akan selesai hanya dengan
dipikirkan. Dia kan tetap seperti itu dan esok hari akan kita hadapi kembali,
sementara fisik kita tidak cukup sehat untuk menghadapinya lantaran kehilangan
untuk menghadapinya lantaran kehilangan waktu untuk menikmati tidur dan
istirahat yang memadai.
Jika
kita termasuk orang yang suka membawa pikiran-pikiran seperti keatas tempat
tidur, tentu tidur yang mufah itu menjadi sebuah pekerjaan berat dalam hidup
kita. dan itu artinya kita telah menghilangkan banyak kenyamanan dalam diri
kita, bahkan telah merusak diri sendiri, sebab gelisah, cemas dan gundah yang
kita hadirkan itu sesungguhnya racun yang secara perlahan akan membuat keropos
daya tahan fisik kita.
Rasulullah
saw mengingatkan, “Kosongkan hati kalian dari keinginan-keinginan duniawi
sekuat kemampuan kalian. Sebab barang siapa yang menjadikan dunia itu sebagai
cita-citanya yang paling besar, Allah akan melebarkan jalan bagi kehilangannya
dan menjadikan kemiskinan di depan matanya.” (HR Baihaqi)
Tidur
itu mudah tapi membawa kelapangan hati bersama tidur, tidak selalu mudah.
Mungkin kita perlu perjuangan, namun seperti apapun usaha kita, semoga kita
bisa melakukannya, karena kita meamng harus tidur tanpa ada beban, tanpa ada
sesuatu yang mengganjal dihati. Sebab sebagian kebahagiaan kita ada bersama
tidur yang tanpa beban, bersama kelapangan hati.
Karunia-karunia yang tak terkira
bersama tidur
Tidur
karunia. Dan bersama tidur,ada limpahan karunia yang kadang lupa kita sadari.
lupa kita sukuri. Bahwa tidur yang merupakan karunia itu, adalah bukti
kemanusiaaan kita yang hanya sesosok makhluk. Kita membutuhkannya sebagai bentuk ketundukan pada aturan Alah
swt yang tidak tidur dan tidak mengantuk. Tapi dibalik itu, kita sebenarnya
akan mendapatkan banyak hal yang bermanfaat, dan pelajaran akan kekuasaan
Allah.
Mereduksi
sebagian memori yang tidak penting
Kehidupan
kita disepanjang hari, melintasi beraneka peristiwa. Dari sejak kita bangun
disubuh hari hingga kita tidur kembali dimalam hari, ada banyak aktifitas yang
telah kita lakukan, ada beargam berita dan kejadian yang kita baca dan yang
kita saksikan, ada berjuta kata yang kita ucapkan atau yang kita dengar. Sehari
penuh waktu yang ktia lewati, membaut otak dan pikiran tearasa sesak dengan
berbagai macam peristiwa dan informasi, dari yang menyangkan hingga yang
menydihkan.
Tapi
Allah mengaruniai kita tidu, yang ternyata secara alamiah membantu otak kita
menyelasaikan, menyimpan atau membuang sebagian informasi dan peristiwa yang
telah kita lalui. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tidur berperan penting
dalam mengingat atau melupakan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan manusia
dengan bantuan otak, untuk menyimpan kenangan yang membangkitkan emosi dan
untuk melupakan sesuatu yang lain, yang tidak baik.
Jessica
Payne, peneliti dari Harvard University, mengatakan bawasanya tidur berperan
dalam menjada kenangan terhadap sesuatu, dimana otak yang bekerja secara
mekanik. Jesiicca menambahkan juga, bahwa otak memberitahu kita kita apa yang
perlu kita ingat atau lupakan. Ia bekerja sebagai filter yang membersikan
kenangan-kenangan sesauai urgensi dari sisi emosional kita.
Sementara
dari penelitian medis menjelaskan, bahwa otak dapat menekan kenangan
menyakitkan dan mengontrolnya. Sehingga dolter dapat ternantu menemukan obat
baru dalam menangani pasien menghadapi guncangan yang muncul akibat bencana
atau kecelakaan. Misalnya, yang bisa memperngaruhi masa depannya.
Hal
lain yang ditemukan para ilmuwan tentang karunia tidur, adalah seseorang ketika
ia sedang memperlajari hal-hal baru. Sehingga sangat berguna bagi para pelajar,
peneliti atau innovator.
Professor
Michael Stricker berkata,”Jika seorang belajar melihat perlajarannya dengan
baik sampai lelah dan kemudian tidur, otak akan terus bekerja saat tidur dengan
cara yang sama, seakan pelajar sepanjang malam mengulangi apa yang ia telah
pelajari.”
Sebuah
contoh dipaparkan, bahwa sejumlah relawan diminta untuk mengingat kata-kata
sederhana di penghujunghari, tapi kebanyakan mereka ternyata gaal melakukannya.
Namun setelah mereka diberi kesempatan tidur nyenya, esok, paginya mereka mampu
memberi informasi jauh lebih. Ini berarti bahwa otak dapat memulihkan kenangan
pada malam hari, yang hampir terlupa.
Karunia
yang tentu saja tidak sederhana. Maka kita memang memerlukan tidur agar
memori-memiri uang tidak menyenangkan segera terduka, dan informasi serta pengetahuan
yang baik tetap terekam dengan baik.
Sebuah
kedisiplinan pada hukum alam
Semua
kita tentu sudah paham bahwa Allah pencipta siang untuk bekerja dan malam untuk
tidur dan beristirahat. Siang untuk mengarungi lautan karunia, malam untuk
melepas lelah sembari juga bermunajat. Itulah aturan Allah di ala mini. Itulah
fitrah penciptaan yang diberikan kepada manusia serta hewan. Dalam waktu untuk
berlelah dan ada waktu untuk melapas lelah, uang disesuaikan dengan kodrat kita
sebagai makhluk.
Tapi
sebagian kita, terkadang ada yang mencoba melawan kodrat dan ketentuan itu.
Entah karena kekuasaan yang dipegangnya sehingga memaksa orang lain untuk terus
terjaga, atau karena belum puas dengan karunia siang sehingga tetap
menyibukkkan diri dimalam hari. Sering kali ada diantara kita yang mencoba
melawan ketentuan hukum alam itu, seperti bekerja dimalam hari terus menerus
atau untuk seadar bergadang, lalu ambil jadwal tidurnya disiang hari.
Mungkin
mereka mengira bahwa mereka bisa mengganti waktu tidurnya disang hari. Padahal
itu tidak akan bisa didapatkan, meskipun dengan jumlah jam yang sama atau bahan
lebih. Sebab kualitas tidur dimalam hari memang tidak akan bisa sama dengan
tidur disiang hari. Dimalam hari, saat tidur, tubuh kita umumnya melakukan
perbaikan jaringan-jaringan sel, dimana hal itu tidak terjadi disiang hari.
Itulah sebabnya, ketika kita sering kurang tidur atau tidak memiliki kualitas
tidur yang baik, lambat laun akan mengganggu stabilitas daya tahan tubuh, dan
memicu munculnya bermacam penyakit.
Pata
imulan telah menemukan bahwa tidur nyenyak pada waktunya, mengurangi masalah
berat badan, terutama pada anak-anak. Juga mengurangi rasa lapar pada kita dan
anak-anak. Hal yang sama juga terjadi pada hewan seperti kucing, musalnya.
Dari
penelitian yangdilakukan terhadap kucing, ditemukan bahwa kucing mendapatkan
keaadaan yang lebih baik jika ia tidur. Kucing akan menjadi lebih kuat dan
lebih aktif dalam gerakan. Para ilmuwan itu melakukan tes terhadap sejumlah
kucing. Sebagian dibiarkan tidur , dan yang lain tidak diberi kesempatan untuk
tidur. Hasil yang didapat menunjukkan adanya perubahan dalam otak kucing
tersebut, dimana kucing yang dibiarkan tidur memiliki kondisi yang lebih baik.
Penciptaan
Allah swt yang mengharuskan adanya tidur pada makhluk hidup seperti manusia dan
hewan dimalam hari, adalah sirkulasi hidup yang mesti terjadi. Kita tidak bisa
melawannya, melainkan harus tundu dan mengikutinya.
Sejenak,
kita berubah seperti sebuah pohon
Ketika
sedang tidur, kita berubah seperti sebuah pohon. Ada tombol listrik di otak
yang padam saat tidur, lalu terjadilah kegelapan dan lenyaplah kesadaran. Kita
kemudian terlelap dalam nikmatnya tidur seperti pohon yang hidup tetapi tidak
bergerak, seperti tanaman yang bertumbuh dalam keadaan yang diam, sirkulasi
darah tetap berjalan, nafas yang terus berhembus, sel yang melakukan perbaikan,
usus yang mencerna.
Semua
perangkat-perangkat tubuh tetap berjalan otomatis, lambung tetap mencerna,
sel-sel tumbuh dan paru-paru tetap menghirup oksigen. Semua keadaan yang
menakjubkan dimana seonggok tubuh yang tergeletak dalam kelelahan, kelemahan,
dan ketidak mampuan berekspresi tapi tetap tumbuh dan hidup, seperti pohon dari
tanaman yang tumbuh dan bernafas diatas tanah.
Tidur
adalah keadaan istirahat alami pada berbagai makhluk hidup , terutama manusia.
Ia adalah berguna bagi manusia untuk mengembalikan kesehatan. Pada saat tidur,
tanta-tanda kehidupan seperti kesadaran, denyut jantung dan frekuensi
pernafasan tetap berjalantapi mengalami perubahan , yaitu mengalami penurunan
atau perlambatan. Dalam tidur normal saraf sensorik untuk kegiatan yang
memerlukan koordinasi dengan system saraf pusat akan dihambat, sehingga saat
tidur cenderung untuk tidak bergerak dan daya tanggap berkurang.
Bayangkan,
dalam sehari, jantung kita berdetak 100.000 kali, darah mengalir melalui 17
juta mil arteri, urat darah halus (kapiler) dan juga pembuluh vena. Tanpa kita
sadari, rata-rata sehari kita berbicara 4.000 kata, bernafas sebanyak 20.000
kali, menggerakkan otot-otot besar sebanyak 750 kali dan mengoperasikan 14
miliar sel otak. Maka tidur adalah istirahat yang sangat baik menurut ilmu
kesehatan, karena terjadi proses pemilihan sel tubuh, penambahan kekuatan dan otak kita kembali berfungsi dengan sangat
baik. Maka sangatlah tepat jika Allah mengajark kita shalat malam, bredo’a dan
bermunajat setelah kita bangun tidur didua pertiga atau sepertida malam yang
akhir. Pikiran yang segar setelah tidur, akan membantu kita lebih khusru
memaknai ayat-ayar Allah yang kita baca, akan lebih cepat menghafalnya, dan
lebih mudah mengulangi pelarajaran-pelajaran kita.
Ketika
tidur, sejenak kita berubah seperti pohon. Bersama tidur kita diberi kesempatan
kepada tubuh untuk mengembalikan kesehatannya. Bersama tidur, kita tunaikan
hak-hak tubuh untuk tumbuh dan beristirahat. Sebagaimana bersabda Rasulullah
saw,”Puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah karena sesungguh tubuhmu punya
hal yang harus kamu penuhi dan sesungguhnya matamu punya hal yang harus kamu
penuhi dan istrimu (pasanganmu) punya hak yang harus kamu penuhi.”(HR Bukhary)
Maha
besar Allah menyapa kita disini
Tubuh
kita bagai rumah bagi ruh. Jika tubuh tertidur, ruh pun akan keluar. Dan jika
bangun, ruh pun kembali lagi. Sedang bagi orang yang sudah meninggal, tubuhnya
ibarat rumah yang sudah rusak. Ruhnya itu tidak akan kembali kecuali jika tubuh
itu dikembalikan kepada bangunannya yang baru.
Ayat
berikut menggambarkannya,”Allah memegang jiwa(orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya, makaDia tahanlah jiwa
(orang) yang Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagikaum yang berfikir.”(QS Azzumar:42)
Ayat
ini menyebutkan dua kata inti kemarian dan tidur. Dan kalau kita telusuri
kalimat auat tersebut secara struktur bahasa, kita temukan bahwa kata anfus
(jiwa) adalah objek untuk kaata kerja
yaitu yutawaffa dan maut, serta menjadi subjek (pelaku) bagi kata manam. Ini
menunjukkan bahwa dalam diri manusia terdapat dua jiwa. Yang pertama, jiwa yang
diwafatkan. Yang kedua. Jiwa yang tidur dan mati. Jiwa yang tidurdan mati itu
adalah jasad atau tubuh, dan jiwa yang diwafatkan adalah ruh.
Ahli
bahasa membedakan kata al wafat dan al maut. Al wafat diartikan sebagai
sempurnanya sesuatu, dan tawaffa bermakna menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Maka
ketika Allah mengeluarkan ruh saat kita sedang tidur, itu karena ia tidak
beraktifitas seperti pada waktu kita bangun. Sedangkan al maut, artinya
hilangnya aktifitas kehidupan. Sehingga yang tidur dan mati itu adalah jasad,
sementara ruh tidak mati dan tidak tidur.
Manusia
terdiri dari dua unsure pokok, yaitu ruh dan jasad. Tapi terkadang keduanya
disebut dengan jiwa, sebagaimana disebutkan alquran,”(Demikianlah keadaan orang
kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata
Tuhanku,kembalikanla aku (kedunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap
apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada dinding sampai hari
mereka dibangkitkan.”(QS Almu’minun:99-100)
Pertama
kali ruh menyatu dengan jasad ketika manusia masih berada dirahim ibunya. Allah
berfirman,”Dan Allah menciptakan kamu dari tanah,kemudian dari setetas air
mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan
tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan tidak (pula) melahirkan
dengan sepengetahuan Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang
berumur panjang dan tida pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)
dalam kitab (lauhul mahfuzh). Sesungguhnya
yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”(QS Al father:11)
Dan
pertemuan itu kembali terjadi ketika Allah mengembalikan jasad ini pada keadaannya semula dihari kiamat,
Allah berfirman,”Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).”QS Attakwir:7
Tidur
dalah kebutuhan penting untuk mengistirahatkan tubuh. Begitu pula kematian, ia
adalah sesuatu yang penting bagi tubuh. Setelah rusak, tubuh akan dikembalikan
kepada bentuknya semula yang kemudian tidak akan rusan, tidak tua, dan tidak
sakit, serta tidak binasa, atau sebuah keadaan yang disesuaikan untuk
menghadapi kehidupan yang abadi. Dan manusia menyaksikan bahwa itu teradi hanya
dalam sekejap mata, seperti diingatkan Allah,”Dan kepunyaan allah lah sedala
apa yang tesembunyi dilangit dan dibumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu,
melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah maa
kuasa atas segala sesuatu.”(QS Annahl :77)
Pada
saat kelak kita dibangkitkan, jiwa dan tubuh akan kembali dipadangkan dan
setiap orang akan merasa bajwa dia serang bangun tidur. Allah berfirman ,”Dan
ditiupkanlah sangkakala. Maka tiba-tiba mereka keluar denan segera dari
kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata,”Aduhai celakalah kami!
Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?” inilah yang
dijanjikan (Tuhan ) yang maha oemurah dan benarklah rasul-rasul(Nya).”(QS Yasin
:51-52)
Tidur
itu adalah kematian, seperti kelah akan drasakan manusia, tapi kematian yang
sementara, yang jika allah berkehendak Dia kembalikan jiwa kita kedalam tubuh.
Dan kalau tidak, Dia tahan. Sehingga kita benar-benar menghadapi kematian.
Tidur
mungkin kita melihatnya hanya suatu yang biasa. Tapi sungguh, tidur adalah
karunia yang memberi kita banyak pelajaran, tentang diri kita sendiri, tentang
fitrah penciptaan Allah dan tentang kemahabesaran Allah.