orange ku

orange ku
AKU MENYUKAI WARNA ORANGE

Senin, 27 Mei 2013

TIMUR TENGAH


SASMA


KATA PENGANTAR



            Alhamdulillahirabbil’aalaamiin  berjuta perasaan syukur penulis mempersembahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dari mata kuliah PTK  ini. Seterusnya shalawat dan salam tidak hentinya penulis kirimkan pada panutan umat manusia sedunia yaitu Nabi Muhammad SAW yang membimbing dan menuntun manusia pada perubahan yang penuh rahmat, yaitu ISLAM.
Penelitian berjudul “meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami seni di sekolah dasar” adalah tugas akhir penelitian tindakan kelas (PTK) jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari ibu dosen, sahabat dan orang tua. Untuk itu penulis pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih. Kepada semua pihak yang telah membantu, penulis memonon do’a pada Allah, semoga apa yang telah dilakukan dan diberikan menjadi amal shaleh dikemudian hari. Penulis telah berusaha seoptimal mungkin menyusun penelitian ini agar menjadi lebih baik  dan dengan harapan memberikan yang terbaik pada pembuatan tugas ini. Namun, dari semua hal ini penulis mengakui bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena banyak kekurangan dan kendala. Dan penelitian ini penulis berharap semoga pembaca memberikan kesempurnaan penelitian ini. Diakhir, penulis juga mengharapkan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiiin ya Allah.


                                                                                                Bukittingi, 27 Mei 2013

                                                                                                                        Sasmamonia



aku jauh dari kebaikan


apabila malam datang..
aku tidak tau..
menunggu, meminta, berharap..
tiada berhenti, selama ini.
bisikan rindu, bergemuruh di udara..
dan aku takut azab Allah..
sudah banyak ujian yang menimpaku.
sudah banyak nikmat yang aku terima,,
tapi aku lupa.
aku hanyut dengan sifat manusiawi..
yang berpengaruh dalam nafsu.
bergejolak rayuan syetan..
menyesatkan, memabukkan perasaan..
sehingga aku terlena..
aku jauh dari kebaikan,,

HUJANKU DALAM PASIR


tanpa hujan kuterus beratapkan badai pasir, ku tak menyesali panasnya debu yang menghempaskanku karna ku yakin pelangi akan hadir bersamamu
Sudikahkah kau mampir ditaman debuku wahai pelangiku?

MUSIM KEMARAU PENANTIAN


apakah aku patut merindu kepadamu?
aku takut perasaan ini bukan pada musim hujan.
ini musim kemarau penantian
sampai aku menjadi halal untuk menghujani mu dengan rinduku

JEBAKAN RASA



Mispersepsi selalu menjadi masalah dalam komunikasi. Ada anggapan yang bias pada pesan. Pastisipan komunikasi tak merujuk pada makna tanda yang sama. Persoaalannya memang, tanda-tanda dalam komuniksi tak selalu berupa pesan verbal. Bahkan ketika berupa ungkapan verbal sekalipun, dimensi konotasi dari pesan seringkali tak terelakkan.
Awalnya mungkin sepele, sekedar berlebihan menangkap stimulus komunikasi, baik berupa ungkapan verbal maupun nonverbal. Kita sering mengistilahkannya sebagai “GE ER”. Terlalu berlebihan memaknai sipa seseorang. Misalnya ada orang yang memberikan senyuman kita meaknai sebagai ekspresi rasa suka. Ada yang mengirim sms, kita sebut sebagai perhatian. Keramahan diartikan sebagai bentuk penerimaan rasa.
Awalnya memang sepele. Tapi proses berikutnya bisa jadi masalah serius. Awalnya mungkin sikap sepihak, tapi karena logika stimulus respon, kemudian berlanjut dengan interaksi dua pihak. Ilustrasinya sederhananya begini. Kita berkenalan dengan seseorang. Dalam perjalanannya, kita menangkap kesan orang ini baik, ramah, dan hangat. Kita pun gee r, orang ini memiliki perhatian khusus pada kita. karena perasaan ini, kita pun kemudian memberikan perhatian khusu pula.
Ini respon kita atas stimulus yang makna sesungguhnya bisa berbeda dari yang kita simpulkan. Respon yang sering kali terjadi pada omunikasi diantara dua orang yang berbeda latar belakang social atau budaya. Bagi kita yang memiliki latar belakang miskin senyuman misalnya, mungkin akan berlebihan merespon orang yang mudah senyum.
Dalam budaya tertentu, senyum bahkan memiliki makna negative jika diberikan oleh sorang perempuan asing. Seperti yang terungkap dalam diskusi ISKI (ikatan sarjana komunikasi Indonesia) belum lama ini, seputar kendala  komunikasi lintas budaya antaraTKW dengan tuannya di Arab Saudi. Seorang panelis memaparkan temuan bagaimana keramahtamahan (ala Indonesia bisa berujung petaka bagi sang TKW).
Di Arab Saudi, hubungan pria dan wanita diatur sedemikian rua. Jangankan memberikan senyuman, menatap pria asing saja termasuk majikan adalah tabu. Sementara bagi para TKW, keramahan seorang pembatu pada majikan tak sekedar wajar tapi memang sudah menjadi kewajibannya, ya keramahtamahan ala Indonesia, seperti suara lembut dan senyum yang selalu mengembang. Disinilah masalahnya, majikan menyimpulkan senyum itu sebagai stimulus ‘kenakalan perempuan’ sehingga tak jarang cerita pembantu dan majikan ini berujung pada kasus pemerkosaan.
Contoh diatas barangkali agak ekstrim, tapi kita merasakan jebakan rasa sebagai akibat mipersepsi itu dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kasus perselingkuhan yang berawal dari rasa GeEr. Bayangkan ada seorang pria dengan perasaan sensitive. Kemudian karena sesuatu hal ia bertemu dan berkenalan dengan seorang perempuan yang kebetulan ramah. Keramahannya yang bisa jadi memang telah menjadi karakternya sehari-hari. Namun, senyum dan sikap baik dari perempuan ini sangat mungkin dimaknai secara berlebihan. Perasaan sang pria pun hanyut oleh mispersepsi.
Pada akhirnya komunikasi adalah masalah kedua belah pihak. Maka, untuk menghindari jebakan rasa karena mispersepsi. Bersikap baik pada orang lain tak sekadar boleh tapi memang sudah menjadi kewajiban kita. kita memang harus ramah tamah pada siapapun, tapi kita jua harus sadar batas-batas keramahan yang layak kita ekspresikan.
Kita harus semakin peka pada orang lain yang karakternya beragam. Tak semua orang bisa diajak becanda. Tak semua orang peka pada tanda-tanda, ada baiknya kita selalu menimbang setiap sikap yang kita tunjukkan pada orang lain. Singkatnya, sebisa mungkin jangan membuat orang lain menjadi Ge Er.
Dialin pihak, kita juga harus menjadi penafsir pesan yang cerdas dan bijak. Tak perlu berlebihan dalam menyikapi senyum, pujian, atau perhatian orang lain. Apa lagi jika respon kita diatas timulus itu berpotensi merusak kehormatan diri. Menjauhkan segala rasa yang berlebihan jauh lebih baik. Cukup kita simpulkan orang tersebut dalam kelompok orang yang ramah dan baik karena karakternya sudah begitu. Cukuplah kita  enaruh hormat yang dalam atasnya, bukan justru menariknya dalam jebakan rasa yang merusak.
Komunikasi akan terus menandai segala interaksi  dalam hidup kita, seiring berjalannya waktu, kita akan terus mendapatkan pelajaran-pelajaran baru. Melalui komunikasi kita akan semakin mengenal karakter orang.

BERJUANG MEMBAWA LAPANG HATI BERSAMA TIDUR



“tidurlah dalam keadaan taubat dari segala dosa, hati bersih kepada sesame muslim dan tak ada bisikan dalam diri untuk melakukan sebuah kezaliman kepada siapapun” (Abu Hamid Muhammad Al Ghazali rahimuhullah)
Mu’az bin Jabal, sahabat besar. Suatu hari beberapa penghafal Al quran dimasa Rasulullah/ yang bahkan sahabat-sahabat lain diperintahkan mengambil alquran darinya. Yang mendapat predikat istimewa dari Rasulullah langsung sebagai orang yang paling tahu hukum halal dan haram. Wajahnya cerah, matanya berbinar, bila berbicara berwibawa dan ilmunya sangat luas. Orang –orang diDamaskus, dimasanya sangat mengaguminya dan mengembalikan banyak urusan kepada fatwanya.
Tapi seperti apakah ia memandang urusan tidur? Ia menjelaskan,” aku sungguh memperhirungkan pengharapanku pada urusan tidurku seperti aku memperhitungkan pengharapanku pada urusan terjagaku”.
Baginya tidr bukan sekadar urusan memejamkan mata. Ada pengharapan akan pahala, sekaligus penyikapan yang bemar dalam memandangnya. Bahkan ia sama [etingnya memandang tidur de3ngan terjaga, dalam kaitannnya dengan mengaitkannya pengharapan kepada Allah.
Itu sebabnya, ketika suatu hari seorang anak muda meminta naseha kepadanya, ia dengan cermat menasihati berbagai hal yang disitu tampak ditekankan kesemimbangan. Tidak lupa pula ia memasukkan nasehat untuk tidur sebagai pengimbang tergaja. Kata Mu’as lepada pemuda itu “berpuasalah dan berbukalah. bangun shalatlah tapi juga tidurlah. Bekerjalah mencari rezeki, tapi jangan berbuat dosa. Jangan mati kecuali sebagai muslim dan jauhi olehmu do’a orang yang teraniaya”
Nasehat itu melengkapi semua yang mungkin kita jalani dalam hidup kita, dari ibadah dan mencari karunia dunia. Dari terjaga hingga tertidur. Dari hidup hingga mati. Dan jangan sampai menganiaya diri sendiri apa lagi orang lain.
Disepanjang siang yang gaduh, kita adalah pada pencari. Memburu apa saja yang kita duga kuat akan kita dapat. Maka semua itu punya kadarnya untuk membekaskan lelah. Lelah firik, lelah hati dan lelah fikiran. Secara umum lelah – lelah itu adalah apa apa yang kita lalui bersama siang. Sebab, dikala itulah keanyakan kita mencari penopang kehidupan, seperti dijelaskan dalam Al quran, “dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”. Kita mencari hidup, maka kita akan lelah. Kita lelah, maka kita mendapatkan hidup.
Yang unik dan perlu kita renungkan kembali, ketika Al quran berbicaratemtanf siang sebagai sarana mencari penghidupan, pada saat yang sama Al quran selalu berbicara tentang dua hal lan yang senantiasanya melengkapi. Yaitu berbicara tentang malam, dan juga bicara tentang tidur. Dengan jelas Allah berfirman,”Dialah yang menjadikan untumu malam (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat, dan dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.,”. (qs Al furqan 47). Atau dalam ayat yang lain, “dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan siangmalam sebagai pakan, dan Kami jadikan siang untk mencari penghidupan.” (qs An Naba’. 9-11)
Dengan demikian, tida serangkai ini , yakni siang untuk berusaha, malam sebagai pakaian, dan tidur sebagai istirahat, merupakan pilar penting kehidupan kita yang tidak bisa kita abaikan salah satunya. Ketiganya harus kita letakkan dalam suatu kesatuan dan kita beri perhatian yang sama seriusnya. Siang sama seriusnya dengan malam,dan malam serta siang serta pentingnya soal tidur.
Malam sebagai pakaian memiliki makna yang sangat kuat dan mendalam. Bahwa seperti pakaian, malam bisa menutupo aurat kita, saat kita tidak ingin dilihat oleh orang lain. Sementara Said bin Jubair menjelaskan makna lain, bahwa malam sebagai pakaian adalah pada aspek kelembutannya, dengan pakaian lembut, badan kita merasa nyaman, demikian juga malam, ia begitu lembut sehingga membuat kita bisa istirahat.
Siang sebagai rentang waktu pencarian dan usaha member kita peluang, kesempatan dan jemungkinan, tapi siang juga memberi kita ketidak pastian, disinilah kemudian kita sering merasakan bahwa seluruh perjalan hidup kita terkuras oleh siang. Seluruh hidup kita tersita oleh siang. Tentu dalam pengertian siag sebagai hari-hari berjibaku untuk menyambung hidup.
Lelah itu sendiri tidak semata karena jerih payah yang harus kita keluarkan. Atau pikiran yang kuta kuras, perasaan yang kita pertaruhkan, ataupun segala perngorbanan yang kita persembuahkan. Kita juga sangat lelah oleh kepastian yang tidak pasti. Apakah kitabisa berharap? Ya. Pasti. Tapi apakan kita memastikan harapan itu pasti kita dapat? Tidak. Apakah kita pasti mendapat hatah? Ya. Tapi apakah kita tahu kapan dan berapa jatah kita dari usaha tersebut? Tidak. Ini kelelahan dibalik kelelahan.
Setelah memahami karakter siang yang seperti itu, kita akan menyadari  betapa mahal dan berharganya karunia yang melengkapinya:tidur. Bisakah kita membayangkan, bila sepanjang hidu kita hanya terjaga. Dalam siang enuh beban. Lalu kita tidak mendapatkan nikmat lelap dan lupa lewat tidur.
Tidur adalah nikmat dan karunia yang besar. Tidak semata fungsinya sebagai jeda. Saat kita mengambil kembali energy. Tapi, menurut para ulama, “Tidur itu sendiri merupakan nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah dengan campur tangan- Nya langsung, dan tanpa bisa kita terlibat didalam mengadakannya,” kita mungkin bisa merebahkan diri, tapi bukan kita sendiri yang membuat diri kita tidur. Kita bisa membaringkan diri, tapi bukan kita sendiri yang membuat kita bisa lelap dalam tidur. Kita mungkin bisa memejamkan mata, tapi bukan kita yang membuat kita bisa terdirur pulas. Bahkan sesudah itu, bukan sendiri yang membuat kita bisa terbangun.Allah juga yang membuat kita bisa terbangun, meskipun pemicunya bisa apa saja.
Ulama yang lain menjelaskan,”Tidur merupkan karunia yang diberikan Allah tanpa ikhtiar manusia.” Artinya Allah sendiri yang memberi kita tidur, dan bukan hasil dari jerih payah kita. yang kita lakukan hanyalan menyiapkan diri untuk mendapatkan karunia tidur itu, ketika kita menginginkannya. Itu sebabnya, katang kita menginginkan tidur, tapi kita tak juga bisa tidur, karena kita tidak diberi tidur. Sebaliknya, kita juga tidak bila melawan kantuk kantuk dan tidur, ketika dia didatangkan oleh Allah SWT kepada kita.
Allah yang memindahkan kita kea lam lain disaat tidur. Allah yang membuat kita tertidur. Apa yang dijeaskan oleh ulama diatas, sesuai dengan firman Allah, “Dam Dialah yang mendirukan kamu dimalam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada suang haru untuk disempurkakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu jamu kerjakan.” (qs, al an’am:60)
Ini merupakan bentuk kasih sayang Allah yang sangat besar. Dia yang telah mengetahui lelah hamba-hamba Nya di siang hari, berkenaan memberi jeda yang menyegarkan, dengan cara membuat hamba-hambaNya itu bisa tidur. Bila urusan tidur ini murni dan sepenuhnya diseragkan kepada kita , niscaara kita tidak akan mampu. Imam Arraghip Al Asfahani mengatakan,”Tidur adalah kematian yang ringan, sedang mati adalah tidur yang sangat mendalam.” Kedua hal tiatas kita tidak bisa menciptakannya bahkan untuk kita sendiri. Sudah banyak penelitian tentang masyarakat di Barat yang ketergantungannya terhadap obat tidur sangat tinggi. Di beberapa Negara, bahkan hingga 35% dari total orang dewasanya memiliki ketergantungan tinggi kepada obat tidur.
Bagi kita, tidur tidak bisa dilebaskan dari urusan iman. Kesadaran tentang tidur yang tidak bisa dipisahkan dari iman, juga dijelaskan Alllah dengan cara lain. Yaitu ketika Allah menjelaskan bahwa tidur merupakan sifat yang mustahil bagi Allah. Sebaliknya , itu adalah sitat makhluk-Nya. Bahkan sekadar tiupan antuk dalam sejenak pun tidak akan terjadi pada Allah. Mahasuci Allah. “ Allah. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya): tidak mengantuk dan tidak tidur. (qs Albaqarah 255)
Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa ayat diatas menjelaskan bahwa tidur merupakan salah satu sidat yang menunjukkan kemakhlukkan ciptaan Allah, khususnya manusia. Dimana kita tidak sempurna. Dan hanya Allah Yang Maha Sempurna, sementara, Sayyid Qutb menguraikan, bahwa ayat kursi diatas menguatkan betapa Allah tak berhenti mengurus segala sesuatu. Dan sebaliknya, betapa tidak ada sesuati yang tidak bergantung urusannya kepada-Nya. Sekaligus penjelasan bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Dan Maha Suci Allah.
Bagi kita, tidur tidak bisa dilepaskan daru urusan iman. Dan begitulah Rasululllah teladan kita mengajarkan kepada kita. bahwa proses kita untuk tidur seyogyanya kita jalani dengan ‘deklarasi penyerahan diri’. Tentu agar Allah berkenaan membuat kita tidur, menjada kita selama tidur dan menjadikan tidur tersebut sebagai sumber pemulihan energy  yang sangat baik dan menyehatkan.
Deklarasi penyerahan diri itu dengan sangat jelas bisa kita baca dalam do’a menjelang tidur, yang telah diajarkan Rasulullah kepada kita, dalam sebuah hadist shahih, riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, “ Ya Allah aku searahkan jiwaku ini kepada-Mu, aku hadapkan wajah ini kepada-Mu,aku sandarkan punggungku kepada-Mu, dengan penuh harap dan takut  kepada-Mu, kecuali dengan berpasrah kepada-Mu.
Coba kita renungkan co’a diatas beberapa kali. Coba kita baca beberapa kali. Lalu kita hayati seluruh kedalaman isinya. Dan itu adalah do’a menjelang tidur. Kita akan bisa merasakan, betapa untuk menyambut karunia besar beruba tidur, kita harus merasakan apa yang kita sebut dengan deklarasi penyerahan diri kepada Allah. Dan itu tidak mungkin kita lakukan dengan baik bila kondisi hati kita bukan buruk, pikiran kita masih kacau, itu tidak mudah, dan itu ula yang kita maksud dengan : berjuang membawa lapang hati bersama tidur.
Karena itu, Imam Ibnu Qayyim lebih jauh menjelaskan terkait dengan do’a menjelang tidur tersebut, “Menyerahkan urusan kepada Allah artinya mengembalikannya kepada-Nya. Dan itu mengharuskan hati yang tenang dan tuma’ninah, ridha dengan apa yang diputuskan-Nya. Dan penyerahan diri merupakan kedudukan paling mulia dari maqom penghambaan. Adapun menyandarkan punggung kepada Allah SWT mencakup penyadaran diri yang kuat kepada-Nya, percaya kepada-Nya, dan merasa tentram bersama-Nya, bertawakkal kepadanya. Sebab, barang siapa yang menyandarkan punggungnya kesandaran yang kokoh, ua tidak aan takut jatuh.
Begitulah Ibnu Qayyim menjelaskan dengan indah betapa tidur memerlukan deklarasi penyerahan diri, dan itu adalah tingkatan ibadah yang tinggi. Sekalipun juga menjelaskan betapa bersama tidur harus kita iringi dengan suasana hati yang tenang, tu’maninah. Dijenal itu ada gabungan antara suasana hati yang baik dan do’a yang kuat. Dua hal itu yang akan menjadi penjaga luar biasa. Maka Ibnu Taimiyah berkata,”hati yang jujur dan do’a yang baik adalah pasukan penjaga diri yang tidak akan terkalahkan.”
Menjelang tidur adalah saat penting untuk berjuang. Momen yang selama ini mungkin kita anggap tidak penting, dan kita lewati begitu saja. Padahal itu memiliki kaitan yang serius dengan urusan hidup kita sendiri. Berjuang membawa lapang hati bersama tidur, akan menjadikan kita hamba Allah yang tahu diri. Sebab, dengan itu kita menghargai dengan baik karunia Allah yang diberikan kepada kita berupa kebiasaan dan kemampuan untuk tidur. Bila di siang hari kita diuji dengan ketidaktahuan, maka dimalam hari kita mendapat suasana yang lebih menentramkan, malam yang menyelimuti. Karenanya, membiarkan hati masih dalam kondisi kacau, penuh dengan penyakit, pada saat kita harus memasuki karunia besar dimalam yang lembut, menjelang tidur, adalah sebentuk sikap tidak tahu diri sekalidur mencederai rasa syukur, seorang  salafusshalih mengungkapkan kata-kata bijak, “hati yang bersih dan perasaan yang jernih adalah sebaik-baik bantal untuk tidur dan istirahat.”
Dalam ketidakpastian jerih payah siang, ada jeda yang membuat kita tidak punya pilihan kecuali berhenti, dan bahkan pindah kealam lain, keadam tidur. Kita dibuat tidur oleh Allah. Itu merupakan kondisi fisik yang tidak bisa kita lawan. Karena itu yang kita perlukan adalah menyertai isitahat fisik dengan istirahat hati. Itu yang kita maksud dengan deklarasi penyerahan diri menjelang tidur. Itu yang kita maksud dengan berjuang membawa lapang hati bersama tidur. Sebab, seperti diteladankan Mu’adz bin Jabal, kita seharusnya memperhitungkan pengharapan pada urusan tidur, seperti memperhitungkan pengharapan pada urusan terjaga kita.
Perjuangan Membawa Lapang Hati Bersama Tidur
Seperti halnya makan, minum, tertawa dan menangis, tidur itu adalah tabiat kita lakukan kapan saja, ketika dorongan untuk melakukannya datang. Ketika kantuk dan rasa lelah menyerang, tidur bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Tapi tatkala kita bicara soal tidur dan malam sebagai ruangnya, maka ia tidak selalu sesederhana yang kita kira. Terlebih jika topiknya adalah membawa kelapangan hati, walaupun itu sesuatu yang memang harus kita usahakan, harus kita perjuangkan.
Melepas Beban Hati, Meretas keridhaan
Perjalanan kita bersama waktu disepanjang hari tentu tidak semua menyenangkan. Dibelakang interaksi kita dengan banyak orang dan dengan beragam keadaan, pasti disana menyelinap sesuatu yang tidak nyaman itu pasti pula menjadi beban dalam hati kita, dalam keidupan kita.
Tidakmudah melupakan beban itu, tidak gampang melupakan kekeliruan orang pada kita. seperti juga tidak gampang memberi maaf untuk sebuah kesalahan. Tapi kita diberi sarana tidur oleh Allah untuk melepaskan segala jenis kelelahan yang kita temui disepanjang hari. Termasuk pula kelelahan batin dan hati yang lahir dari interaksi kita dengan sesame manusia.
Namun agama kita mengajarkan, bahwa beban hati itulah yang lebih layak untuk segera kita buang bersama tidur, ketimbang sekadar rasa capek dan lelah fisik. Ketika kita merebahkan badan di atas kasur atau dipan, meletakkan kepala diatas bantal, setelah berdo’a dan berdziir tentunya, segera pula hati kita kosongkan dari berbagi penyakit seperti dendam, dengki, angkuh, seombing dan sebagainya. Sebab itulah salah satu jalan kita meraih maat dan perlindungan-Nya.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, mengisahkan seorang sahabat nabi yang selalu melakukan hal seperti itu sebelum tidurnya. Dan Rasulullah SAW mengapresiasi perilaku terpuji itu dengan janji surge, seperti yang disampaikan Allah kepada beliau.
Anas bin Malik ra yang meriwayatkan kisah ini menyatakan, bahwa ketika sedang duduk bersama rasulullah saw, beluau bersabda,” Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga.” Tak lama, muncul seorang lelaki anshar yang janggutnya masih menetes sisa air wudhu, sambil menenteng kedua sandalnya ditangan kiri. Tiga hari berturut-turut Nabi SAW menyatakan hal yang sama, lelaki itu pun selalu muncul dengan keadaan yang sama.
Hari ketiga, setelah Rasulullah berdiri, Abdulllah bin Amru bin Ash ra mengikuti lelaki itu dan menyatakan kepadanya,”aku serang bertengkar dengan ayahku dan bersumpah tidak menemuinya selama 3 hari. Jika boleh, ijinkan aku tinggal dirumahmu tiga malam.”
“Tentu,” jawab laki-laki itu.
Abdullah bercerita,”aku tinggal bersama laki-laki tersebut selama tiga malam, tapi tak pernah kutemukan ia mengerjakan shalat malam sama sekali. Hanya ketika ia terbangun dari tidur dan beranjak dari dipannya, ia berdzikir kepada Allah azza wa jalla dan berakhir hinggga ia mendirikan shalat fajar. Selain itu, aku juga tidak pernah mendengar dia berkata kecuali yang baik-baik, maka ketika berlalu tiga malam dan hampir saja aku menganggap sepele amalannya, aku berkata,”Sebenarnya, antara aku dan ayahku tidak ada perselisihan seperti yang kukatakan, akan tetapi aku mendengar Rasulullah saw bersabda tentang dirimu tiga kali,”Akan muncul pada kalian pada seorang laki-laki penghuni surge,” dan kamulah yang muncul. Maka aku ingin tinggal dengan mu agar dapat melihat apa saja yang kamu kerjakan hingga aku bisa mengikutinya. Namun aku tidak pernah melihatmu mengerjakan amalan yang banyak, lalu amalam apa yang membuat Rasulullah saw sampai menyatakan engkau ahli surga?”
Lelaki itu menjawab, “Tidak ada amalan yang kukerjakan selain seperti yang kamu lihat,” Tapi tatkala aku berpaling, lelaki tersebut memanggilku dan berkata, “Tak ada amalan yang kulakukan selain yang kamu lihat. Hanya saja aku tidak pernah mendapati diriku rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin, dan aku juga tak pernah merasa dengk kepada seorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya,”Abdullah ra pun berkata,”Itulah yang membawa mu pada derajat ini, dan itu pula yang tidak dapat kami lakukan.”
Melakukan itu tentu sebuah kerja keras dan kesungguhan. Sebab alau tidak, tentu Abdullah tidak mengatakan,”Dan itu pula yang tak dapat kami lakukan.”
Berjuang membawa lapang hati bersama tidur, memiliki ujung yang sangat jauh, jauh sekali. Ialah bahwa seorang bisa dengan itu mencapai derajat tinggi, mendapat janji surge. Maka tidak berlebihan bila urusan tidur tidak sekadar memejamkan mata dan melemparkan tubuh. Tidur adalah saat-saaat sangat penting dan utama, tempat kita bisa mengerjar surga dengan membangun suasana hati yang benar. Itu yang kita maksud dengan perjuangan.
Agar Malam Tak Ternoda oleh Perilaku Kita yang Buruk
Malam adalah bagian dari kehidupan kita yang memiliki banyak keistimewaan Allah menurukan Alquran dimalam hari. Allah meng Isra’kan Rasulullah saw juga malam hari. Allah turun untuk mendengarkan dan menjawab do’a-do’a kita pun dimalam hari. Mala tidak pantas rasanya, jika malam yang menjanjikan banyak keindahan, kedamaian dan pahala itu kita habiskan hanya untuk hal-hal yang tak bermanfaat.
Karena itu, agama melarang kita melewati malam dengan banyak bergadang, mengobrol yang tidak penting, sebab berpotensi mendatangkan perilaku dan keadaan yang buruk. Nabi saw mengingatkan,”Tidak ada bergadang kecuali bagi seorang yang melakukan shalat atau menempuh perjalanan.”(HR Ahmad).
Salman AlFarisi ra meriwayatkan, bahwa manusia terbagi dalam tiga keadaan setelah shalat isya. Ia berkata, “Jika manusia telah melakukan shalat isya, maka mereka berada dalam tiga keadaan :diantara mereka ada yang mendapatkan kebaikan dan tidak ditimpa keburukan, ada yang ditimpa keburukan dan tidak mendapatkan kebaikan, dan ada juga yang tidak mendapatkan kebaikan dan kuga tidak ditimpa keburukan.”
Sakman kemudian menjelaskan, bahwa orang yang melakukan shalat isya, lalu mengambil kesempatan dari kelalaian orang lain dari gelapnya malam dengan melaksanakan shalat malam maka itulah golongan pertama, sedangka orang yang tidur, maka ia tidak mendapatkan kebaikan dan tidak juga tidimpa keburukan. Adapun  orang yang tidak termasuk  kedalam dua golongan ini, tentulah ia termasuk kelompok uang ketida ditimpa keburukan dan tidak mendapatkan kebaikan.
Dua riwayat diatas, secara jelas menyebutkan bahwa bergadang ada sesuatu yang tak disukai, bahkan akan menjadi haram jika hal itu menyembabkan kita melalaikan shalat subuh, terlabih jika bergadang itu dilakukan dalam hal nyata yang diharamkan.
Imam Malik rahimmahullah berkata,”Sesungguhnya Umar bin Khatab ra pernah kehilangan Sulaiman bin Abi Hatsmah pada shalat subuh. Lalu ia pergi ke pasar, sementara tempat tinggal sulaiman berada antara pasar dan Masjid Nabawi. Kemudian ia berkumpa denhan Syifa, ibu sulaiman. Ia berkata kepadanya,”Aku tidak melihat Sulaiman pada shalat subuh!” Ibunya menjawab. “Sesungguhnya dia shalat malam, lalu tertidur”. Umar lalu berkata, “Melakukan shalat subuh dengan shalat berjamaah lebih aku sukai dari pada melakukan shalat malam”.
Lihatlah, betapa Umar ra mencela Sulaiman bin Abi Hatsmah. Padahal bergadang yang ia lakukan untuk mengerjakan shalat malam. Hal itu karena melalaikan sesuatu yang lebih utama darinya: shalat subuh berjamaah.
Oleh karena itu, sebagian ulama tidak suka menghidupkan seluruh malam untuk tahajud agar mereka tidak tertinggal shalat subuh berjamaah. Asy Syathibi, misalnya, memberi catatan, “Tidak mengapa bergadang, selama tidak berdampak negative terhadap shalat subuh.”
Shalat malam tentu sesuatu yang mulia. Tapi akan lebih baik jika kita tetap menyisakan waktu untuk tidur, sebelum shalat malam tersebut atau sesudahnya. Dan kita perlu berjuang melakukan itu dengan menjauhkan diri dari apa saja yang membuat kita bergadang, agar malam tidak terlewati hanya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Setelahnya, Ada Sumber Kekuatan yang Kita Butuhkan
Malam dihadirkan Allah untuk kita sebagai tempat beristirahat, sebagai waktu untuk tidur. Tapi tentu tidak sepenuhnya untuk tidur. Malam tidak dibentangkan hanya  untuk memejamkan mata agar kegelapan berlalu tanpa kita rasa, atau agar kelelahan benar-benar hilang sebelum kita menikmati berbagai aktifitas disiang selanjutnya.
Malam terlalu murah jika harus kita habiskan hanya untuk tidur. Malam terlalu rendah jika kita lewatai hanya dengan mendengkur. Sebab malam tidak hanya membantu kita memulihkan kekuaran kita yang terkuras disiang hari, tapi juga mengasup kita kekuatan maknawi yang jauh lebih kita butuhkan untuk kehidupan.
Disebagian malam ada waktu untuk bermunajat, mendirikan shalat, dan berdo’a setelah kita tidur. Itulah sumber kekuatan yang sering kali kita lewatkan karena mengutamakan tidur. Itulah uang kita sebut dengan shalat tahajud atau shalat malam.
Mungkin kita tidak tahu, bahwa tahajud berasal dari kata dasar hujud yang berarti tidur. Bahkan dalam kamus bahasa arab, kata “al haajid” memiliki dua makna: yang tidur dan yang shalat malam. Ini memberi makna bahwa tidur yang disediakan Allah untuk kita pada malam hari, sesungguhnya bukan semata aktifitas memejam mata dan merebahkan tubuh untuk melepaskan kelalahan fisik, tapi juga shalat dan mermunajat dalam dekapan dan kesyahduan amalam untuk mengembalikan kelelahan jiwa. Karena itu, dikatakan oleh sebagian ulama bahwa tahajud berarti perbuatan meninggalkan tidur dalam makna fisik untuk melakukan shalat.
Tapi ini tentu saja tidak mudah. Karena meninggalkan tidur yang lelah untuk melakukan tahajud ditengah dearaan rasa lelah dan dingginnnya malam, sangatlah berat. Memerlukan kesungguhan dan kesadaran untuk meraih yang terbaik. seperti yang Allah swt tegaskan, “sesungguhnya bangun diwaktu malam, dia lebih berat dan bacaan diwaktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya bagimu disiang hari kesibukan yang panjang.” Qs. Almuammil 6-7)
Ayat ini memberi kita dua kesimpulan penting. Pertama, sengaja untuk bangun mlam. Kedua, bacaan dimalam hari memiliki efek dan dampak yang lebih mengesankan. Sengaja bangun malam hanya bisa dilakukan oleh rang yang memiliki niat kutat, dan niat yang kuat perti didorong oleh motivasi yang kuat. Sehingga pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Terlebih shalat ini hanya sunnah, yang dorongannya tidak sekuat shalat wajib. Oleh sebab itu kesungguhan kita akan diganjar oleh Allah swt dengan karunia yang tak terhingga. Mala Allah pun berfirman,”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa ada didalam surge dan dekat dengan air yang mengalir. Sambil mengambil apa yang diberi oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sembulm ini didunia adalah orang-orang yang beruat baik. Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampin kepada Allah.” (QS Azzariyat:15-28)
Sebenarnya bukan hanya surga. Bahkan didunia ini pun kita akan mendapatkan kekuatan yang sangat kita butuhkan dari tahajud atau munajat kita, menguhkan iman kita, jiwa kita, dan mental kita untuk menghadapi masalah hidup didunia ini. Dan melakukan itu, sekali lagi tidak mudah. Tapi perlu niat, kesungguhan dan perjuangan.
Kadang kita menciptakan kerumitan sendiri
Tidur dimalam hari sebenarnya hanyalah aktifitas yang mudah, sekalar merebahkan badan yang kelalahan, kemudian memjamkan mata yang telah didera kantuk. Tapi seringkali kita tidak mampu melakukan hal yang sederhana itu. Bahkan sebagian kita merasakan ketersiksaan yang amat berat karena tidak mampu melakukan nya. Bukan lantaran kita didera sakit paraatau menderita insomnia yang akut, tapi karena kerumita yang kita ciptakan sendiri.
Kita menciptakan gelisah gundah, dan cemas yang tidak perlu dalam diri kita. ketika telah berada diatas tempat tidur  kita biarkan pikiran kita bermain dengan segala macam problem yang kita hadapi disiang hari. Kita lepaskan ingatan kita berselancar diatas segala persoalan-persoalan kerka yang belum selesai, mengarung gelombang ketidak pastian marei yang kita kejar, dan menelusuri lorong-lorong gelap obsesi yang tak terkendalikan. Akhirnya, malam terus berlalu tapi kita belum juga bisa memjamkan mata. Fisik ini mulai terasa tak nyaman, sementara pagi semakin dekat. Malam-malam panjang hanya kita lewati dengan kegelisahan yang kita ciptakan sendiri.
Ketika kita telah merebahkan tubuh, boleh kasur yang menampung tubuh kita sebenarnya cukup nyaman untuk segera mengantarkan kita kedalam keterlelapan tidur. Namun saat itu, kita biarkan pikiran berkelana menghitung dan mengkalkulasikan seusuatu yang menjadi milik orang lain. Lalu membandingkannya dengan apa yang kita miliki. Kita selipkan rasa iri, kecemburuan, dan ketidak puasan terhadap apa yang kita terima ke dalam hati kita, sehingga walaupun mata terpejam, tapi hati dan pikiran terus terjaga hingga malam hampir saja berakhir.
Kita menciptakan kerumitan sendiri dalam diri kita. kita menyiksa diri sendiri dengan sesuatu yang tidak perlu. Ya, tidak perlu. Karena persoalan-persoalan yang kita bawa hingga ketempat tidur itu tidak akan selesai hanya dengan dipikirkan. Dia kan tetap seperti itu dan esok hari akan kita hadapi kembali, sementara fisik kita tidak cukup sehat untuk menghadapinya lantaran kehilangan untuk menghadapinya lantaran kehilangan waktu untuk menikmati tidur dan istirahat yang memadai.
Jika kita termasuk orang yang suka membawa pikiran-pikiran seperti keatas tempat tidur, tentu tidur yang mufah itu menjadi sebuah pekerjaan berat dalam hidup kita. dan itu artinya kita telah menghilangkan banyak kenyamanan dalam diri kita, bahkan telah merusak diri sendiri, sebab gelisah, cemas dan gundah yang kita hadirkan itu sesungguhnya racun yang secara perlahan akan membuat keropos daya tahan fisik kita.
Rasulullah saw mengingatkan, “Kosongkan hati kalian dari keinginan-keinginan duniawi sekuat kemampuan kalian. Sebab barang siapa yang menjadikan dunia itu sebagai cita-citanya yang paling besar, Allah akan melebarkan jalan bagi kehilangannya dan menjadikan kemiskinan di depan matanya.” (HR Baihaqi)
Tidur itu mudah tapi membawa kelapangan hati bersama tidur, tidak selalu mudah. Mungkin kita perlu perjuangan, namun seperti apapun usaha kita, semoga kita bisa melakukannya, karena kita meamng harus tidur tanpa ada beban, tanpa ada sesuatu yang mengganjal dihati. Sebab sebagian kebahagiaan kita ada bersama tidur yang tanpa beban, bersama kelapangan hati.
Karunia-karunia yang tak terkira bersama tidur
Tidur karunia. Dan bersama tidur,ada limpahan karunia yang kadang lupa kita sadari. lupa kita sukuri. Bahwa tidur yang merupakan karunia itu, adalah bukti kemanusiaaan kita yang hanya sesosok makhluk. Kita membutuhkannya  sebagai bentuk ketundukan pada aturan Alah swt yang tidak tidur dan tidak mengantuk. Tapi dibalik itu, kita sebenarnya akan mendapatkan banyak hal yang bermanfaat, dan pelajaran akan kekuasaan Allah.
Mereduksi sebagian memori yang tidak penting
Kehidupan kita disepanjang hari, melintasi beraneka peristiwa. Dari sejak kita bangun disubuh hari hingga kita tidur kembali dimalam hari, ada banyak aktifitas yang telah kita lakukan, ada beargam berita dan kejadian yang kita baca dan yang kita saksikan, ada berjuta kata yang kita ucapkan atau yang kita dengar. Sehari penuh waktu yang ktia lewati, membaut otak dan pikiran tearasa sesak dengan berbagai macam peristiwa dan informasi, dari yang menyangkan hingga yang menydihkan.
Tapi Allah mengaruniai kita tidu, yang ternyata secara alamiah membantu otak kita menyelasaikan, menyimpan atau membuang sebagian informasi dan peristiwa yang telah kita lalui. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tidur berperan penting dalam mengingat atau melupakan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan manusia dengan bantuan otak, untuk menyimpan kenangan yang membangkitkan emosi dan untuk melupakan sesuatu yang lain, yang tidak baik.
Jessica Payne, peneliti dari Harvard University, mengatakan bawasanya tidur berperan dalam menjada kenangan terhadap sesuatu, dimana otak yang bekerja secara mekanik. Jesiicca menambahkan juga, bahwa otak memberitahu kita kita apa yang perlu kita ingat atau lupakan. Ia bekerja sebagai filter yang membersikan kenangan-kenangan sesauai urgensi dari sisi emosional kita.
Sementara dari penelitian medis menjelaskan, bahwa otak dapat menekan kenangan menyakitkan dan mengontrolnya. Sehingga dolter dapat ternantu menemukan obat baru dalam menangani pasien menghadapi guncangan yang muncul akibat bencana atau kecelakaan. Misalnya, yang bisa memperngaruhi masa depannya.
Hal lain yang ditemukan para ilmuwan tentang karunia tidur, adalah seseorang ketika ia sedang memperlajari hal-hal baru. Sehingga sangat berguna bagi para pelajar, peneliti atau innovator.
Professor Michael Stricker berkata,”Jika seorang belajar melihat perlajarannya dengan baik sampai lelah dan kemudian tidur, otak akan terus bekerja saat tidur dengan cara yang sama, seakan pelajar sepanjang malam mengulangi apa yang ia telah pelajari.”
Sebuah contoh dipaparkan, bahwa sejumlah relawan diminta untuk mengingat kata-kata sederhana di penghujunghari, tapi kebanyakan mereka ternyata gaal melakukannya. Namun setelah mereka diberi kesempatan tidur nyenya, esok, paginya mereka mampu memberi informasi jauh lebih. Ini berarti bahwa otak dapat memulihkan kenangan pada malam hari, yang hampir terlupa.
Karunia yang tentu saja tidak sederhana. Maka kita memang memerlukan tidur agar memori-memiri uang tidak menyenangkan segera terduka, dan informasi serta pengetahuan yang baik tetap terekam dengan baik.
Sebuah kedisiplinan pada hukum alam
Semua kita tentu sudah paham bahwa Allah pencipta siang untuk bekerja dan malam untuk tidur dan beristirahat. Siang untuk mengarungi lautan karunia, malam untuk melepas lelah sembari juga bermunajat. Itulah aturan Allah di ala mini. Itulah fitrah penciptaan yang diberikan kepada manusia serta hewan. Dalam waktu untuk berlelah dan ada waktu untuk melapas lelah, uang disesuaikan dengan kodrat kita sebagai makhluk.
Tapi sebagian kita, terkadang ada yang mencoba melawan kodrat dan ketentuan itu. Entah karena kekuasaan yang dipegangnya sehingga memaksa orang lain untuk terus terjaga, atau karena belum puas dengan karunia siang sehingga tetap menyibukkkan diri dimalam hari. Sering kali ada diantara kita yang mencoba melawan ketentuan hukum alam itu, seperti bekerja dimalam hari terus menerus atau untuk seadar bergadang, lalu ambil jadwal tidurnya disiang hari.
Mungkin mereka mengira bahwa mereka bisa mengganti waktu tidurnya disang hari. Padahal itu tidak akan bisa didapatkan, meskipun dengan jumlah jam yang sama atau bahan lebih. Sebab kualitas tidur dimalam hari memang tidak akan bisa sama dengan tidur disiang hari. Dimalam hari, saat tidur, tubuh kita umumnya melakukan perbaikan jaringan-jaringan sel, dimana hal itu tidak terjadi disiang hari. Itulah sebabnya, ketika kita sering kurang tidur atau tidak memiliki kualitas tidur yang baik, lambat laun akan mengganggu stabilitas daya tahan tubuh, dan memicu munculnya bermacam penyakit.
Pata imulan telah menemukan bahwa tidur nyenyak pada waktunya, mengurangi masalah berat badan, terutama pada anak-anak. Juga mengurangi rasa lapar pada kita dan anak-anak. Hal yang sama juga terjadi pada hewan seperti kucing, musalnya.
Dari penelitian yangdilakukan terhadap kucing, ditemukan bahwa kucing mendapatkan keaadaan yang lebih baik jika ia tidur. Kucing akan menjadi lebih kuat dan lebih aktif dalam gerakan. Para ilmuwan itu melakukan tes terhadap sejumlah kucing. Sebagian dibiarkan tidur , dan yang lain tidak diberi kesempatan untuk tidur. Hasil yang didapat menunjukkan adanya perubahan dalam otak kucing tersebut, dimana kucing yang dibiarkan tidur memiliki kondisi yang lebih baik.
Penciptaan Allah swt yang mengharuskan adanya tidur pada makhluk hidup seperti manusia dan hewan dimalam hari, adalah sirkulasi hidup yang mesti terjadi. Kita tidak bisa melawannya, melainkan harus tundu dan mengikutinya.
Sejenak, kita berubah seperti sebuah pohon
Ketika sedang tidur, kita berubah seperti sebuah pohon. Ada tombol listrik di otak yang padam saat tidur, lalu terjadilah kegelapan dan lenyaplah kesadaran. Kita kemudian terlelap dalam nikmatnya tidur seperti pohon yang hidup tetapi tidak bergerak, seperti tanaman yang bertumbuh dalam keadaan yang diam, sirkulasi darah tetap berjalan, nafas yang terus berhembus, sel yang melakukan perbaikan, usus yang mencerna.
Semua perangkat-perangkat tubuh tetap berjalan otomatis, lambung tetap mencerna, sel-sel tumbuh dan paru-paru tetap menghirup oksigen. Semua keadaan yang menakjubkan dimana seonggok tubuh yang tergeletak dalam kelelahan, kelemahan, dan ketidak mampuan berekspresi tapi tetap tumbuh dan hidup, seperti pohon dari tanaman yang tumbuh dan bernafas diatas tanah.
Tidur adalah keadaan istirahat alami pada berbagai makhluk hidup , terutama manusia. Ia adalah berguna bagi manusia untuk mengembalikan kesehatan. Pada saat tidur, tanta-tanda kehidupan seperti kesadaran, denyut jantung dan frekuensi pernafasan tetap berjalantapi mengalami perubahan , yaitu mengalami penurunan atau perlambatan. Dalam tidur normal saraf sensorik untuk kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan system saraf pusat akan dihambat, sehingga saat tidur cenderung untuk tidak bergerak dan daya tanggap berkurang.
Bayangkan, dalam sehari, jantung kita berdetak 100.000 kali, darah mengalir melalui 17 juta mil arteri, urat darah halus (kapiler) dan juga pembuluh vena. Tanpa kita sadari, rata-rata sehari kita berbicara 4.000 kata, bernafas sebanyak 20.000 kali, menggerakkan otot-otot besar sebanyak 750 kali dan mengoperasikan 14 miliar sel otak. Maka tidur adalah istirahat yang sangat baik menurut ilmu kesehatan, karena terjadi proses pemilihan sel tubuh, penambahan kekuatan  dan otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik. Maka sangatlah tepat jika Allah mengajark kita shalat malam, bredo’a dan bermunajat setelah kita bangun tidur didua pertiga atau sepertida malam yang akhir. Pikiran yang segar setelah tidur, akan membantu kita lebih khusru memaknai ayat-ayar Allah yang kita baca, akan lebih cepat menghafalnya, dan lebih mudah mengulangi pelarajaran-pelajaran kita.
Ketika tidur, sejenak kita berubah seperti pohon. Bersama tidur kita diberi kesempatan kepada tubuh untuk mengembalikan kesehatannya. Bersama tidur, kita tunaikan hak-hak tubuh untuk tumbuh dan beristirahat. Sebagaimana bersabda Rasulullah saw,”Puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah karena sesungguh tubuhmu punya hal yang harus kamu penuhi dan sesungguhnya matamu punya hal yang harus kamu penuhi dan istrimu (pasanganmu) punya hak yang harus kamu penuhi.”(HR Bukhary)
Maha besar Allah menyapa kita disini
Tubuh kita bagai rumah bagi ruh. Jika tubuh tertidur, ruh pun akan keluar. Dan jika bangun, ruh pun kembali lagi. Sedang bagi orang yang sudah meninggal, tubuhnya ibarat rumah yang sudah rusak. Ruhnya itu tidak akan kembali kecuali jika tubuh itu dikembalikan kepada bangunannya yang baru.
Ayat berikut menggambarkannya,”Allah memegang jiwa(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya, makaDia tahanlah jiwa (orang) yang Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagikaum yang berfikir.”(QS Azzumar:42)
Ayat ini menyebutkan dua kata inti kemarian dan tidur. Dan kalau kita telusuri kalimat auat tersebut secara struktur bahasa, kita temukan bahwa kata anfus (jiwa)  adalah objek untuk kaata kerja yaitu yutawaffa dan maut, serta menjadi subjek (pelaku) bagi kata manam. Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia terdapat dua jiwa. Yang pertama, jiwa yang diwafatkan. Yang kedua. Jiwa yang tidur dan mati. Jiwa yang tidurdan mati itu adalah jasad atau tubuh, dan jiwa yang diwafatkan adalah ruh.
Ahli bahasa membedakan kata al wafat dan al maut. Al wafat diartikan sebagai sempurnanya sesuatu, dan tawaffa bermakna menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Maka ketika Allah mengeluarkan ruh saat kita sedang tidur, itu karena ia tidak beraktifitas seperti pada waktu kita bangun. Sedangkan al maut, artinya hilangnya aktifitas kehidupan. Sehingga yang tidur dan mati itu adalah jasad, sementara ruh tidak mati dan tidak tidur.
Manusia terdiri dari dua unsure pokok, yaitu ruh dan jasad. Tapi terkadang keduanya disebut dengan jiwa, sebagaimana disebutkan alquran,”(Demikianlah keadaan orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata Tuhanku,kembalikanla aku (kedunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.”(QS Almu’minun:99-100)
Pertama kali ruh menyatu dengan jasad ketika manusia masih berada dirahim ibunya. Allah berfirman,”Dan Allah menciptakan kamu dari tanah,kemudian dari setetas air mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan tidak (pula) melahirkan dengan sepengetahuan Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tida pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lauhul mahfuzh). Sesungguhnya  yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”(QS Al father:11)
Dan pertemuan itu kembali terjadi ketika Allah mengembalikan jasad  ini pada keadaannya semula dihari kiamat, Allah berfirman,”Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).”QS Attakwir:7
Tidur dalah kebutuhan penting untuk mengistirahatkan tubuh. Begitu pula kematian, ia adalah sesuatu yang penting bagi tubuh. Setelah rusak, tubuh akan dikembalikan kepada bentuknya semula yang kemudian tidak akan rusan, tidak tua, dan tidak sakit, serta tidak binasa, atau sebuah keadaan yang disesuaikan untuk menghadapi kehidupan yang abadi. Dan manusia menyaksikan bahwa itu teradi hanya dalam sekejap mata, seperti diingatkan Allah,”Dan kepunyaan allah lah sedala apa yang tesembunyi dilangit dan dibumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah maa kuasa atas segala sesuatu.”(QS Annahl :77)
Pada saat kelak kita dibangkitkan, jiwa dan tubuh akan kembali dipadangkan dan setiap orang akan merasa bajwa dia serang bangun tidur. Allah berfirman ,”Dan ditiupkanlah sangkakala. Maka tiba-tiba mereka keluar denan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata,”Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?” inilah yang dijanjikan (Tuhan ) yang maha oemurah dan benarklah rasul-rasul(Nya).”(QS Yasin :51-52)
Tidur itu adalah kematian, seperti kelah akan drasakan manusia, tapi kematian yang sementara, yang jika allah berkehendak Dia kembalikan jiwa kita kedalam tubuh. Dan kalau tidak, Dia tahan. Sehingga kita benar-benar menghadapi kematian.
Tidur mungkin kita melihatnya hanya suatu yang biasa. Tapi sungguh, tidur adalah karunia yang memberi kita banyak pelajaran, tentang diri kita sendiri, tentang fitrah penciptaan Allah dan tentang kemahabesaran Allah.



Senin, 13 Mei 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan                  : SDN
Mata Pelajaran                        :
Kelas / Semester                      : I / I
Tema                                       : lingkungan
Alokasi Waktu           

       I.            Standar kompetensi

IPA
2. mengenal cara memelihara lingkungan agar tetap sehat.
IPS
2. mendeksripsikan lingkungan rumah.
Bahasa Indonesia
4. Menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh , melengkapi, dan meyalin.
    II.            Kompetensi dasar.
2.1. Mengenal cara menjaga lingkungan agar tetap sehat.
2.2. Membedakan lingkungan tidak sehat dengan lingkungan tidak sehat.
2.3. Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku menjaga kebersihan rumah.
4.5. Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas
 III.            Indikator
1.       Mengidentifikasi lingkungan sehat.
2.       Mengidentifikasi lingkungan tidak sehat.
3.       Membedakan lingkungan sehat dengan tidak sehat
4.       Menyebutkan cara menjaga lingkungan.
5.       Menyebutkan contoh perilaku menjaga lingkungan.
6.       Menunjukkan sikap menjaga lingkungan.
7.       Menerapkan lingkungan sehat di rumah.
8.       Menyebutkan contoh menjaga lingkungan dirumah.
9.       Menunjukkan kemampuan menulis
10.   Menirukan menulis dengan huruf lepas
11.   Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas.

2.      TUJUAN PEMBELAJARAN
1.      Dengan mengamati gambar tentang lingkungan siswa dapat menceritakan gambar dengan tepat,
2.      Berdasarkan gambar lingkungan yang diamati siswa dapat mengetahui perbedaan lingkungan sehat dengan lingkungan tidak sehat dengan tepat.
3.      Melalui kegiatan tanya jawab siswa dapat menyebutkan ciri-ciri lingkungan sehat dengan benar
4.      Melalui kegiatan tanya jawab siswa dapat menyebutkan ciri-ciri lingkungan tidak sehat dengan benar
5.      Berdasarkan pengamatan di lingkungan di sekitarnya siswa dapat menyebutkan perbedaan lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat dengan tepat.
6.      Setelah mendengarkan cerita tentang keadaan lingkungan siswa dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita dengan tepat
7.      Berdasarkan kegiatan tanya jawab siswa dapat menemukan permasalahan yang terdapat dalam cerita yang telah dibacakan dengan benar.
8.      Setelah menemukan permasalahan dalam cerita yang didengarnya siswa dapat memberikan tanggapan tentang permasalahan tersebut dengan benar.
9.      setelah mendengarkan tanggapan dari teman-temannya siswa dapat mengajukan saran tentang cerita yang didengarnya dengan benar.
3.      MATERI PEMBELAJARAN
Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak Sehat
4.      METODE PEMBELAJARAN
a.       Pendekatan   : tematik
b.      Model           : pembelajaran langsung
c.       Metode         : ceramah, tanya jawab, peragaan, dan penugasan
5.      KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Awal (15 menit)
1)      Siswa menyanyikan lagu “Naik-naik ke Puncak Gunung” sambil bertepuk tangan
2)      Guru dan siswa bertanya jawab tentang isi lagu “Naik-naik ke Puncak Gunung” misalnya; tentang keadaan  udara di gunung, dan keindahan di gunung.
3)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1)      Siswa di minta mengamati gambar lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat
2)      Guru dan siswa bertanya jawab tentang gambar yang diamati.
3)      Siswa bertanya jawab tentang perbedaan lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan gambar yang diamati
4)      Siswa menyebutkan ciri-ciri lingkungan sehat berdasarkan gambar yang di amati
5)      Siswa menyebutkan ciri-ciri lingkungan tidak sehat berdasarkan gambar yang di amati
6)      Siswa mengamati lingkungan disekitarnya (halaman sekolah)
7)      Siswa menceritakan keadaan lingkungan disekitarnya (halaman sekolah)
8)      Siswa membandingkan keadaan lingkungan disekitarnya (halaman sekolah) dengan gambar yang terpajang di depan kelas
9)      Siswa mendengarkan cerita “Pengalaman Didi” yang dibacakan guru
10)  Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang dibacakan guru
11)  Siswa menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru dengan kalimat sendiri
12)  Siswa menuliskan cerita yang telah dibacakan guru dengan kalimat sendiri
13)  Siswa menemukan permasalahan yang terdapat dalam cerita
14)  Siswa menuliskan permasalahan yang ditemukan dalam cerita
15)  Siswa memberikan tanggapan tentang permasalahan yang ditemukan dalam cerita
16)  Siswa membacakan tanggapan tentang permasalahan yang ditemukan dalam cerita
17)  Siswa memberikan saran tentang cerita yang dibacakan guru.
Kegiatan Akhir
1)      Guru menyampaikan pesan moral agar membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya 
2)      Siswa membiasakan diri menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya
3)      Membiasakan diri menyampaikan tanggapan dan saran dengan sopan tentang sebuah permasalahan.