BALASAN BERLIPAT
Diantara bentuk penganiayaan yang dilakukan pemerintah saat
itu adalah melarang penghuni penjara makan dan minum. Larangan untuk makan
adalah sangat menyakitkan, walaupun masih memungkinkan untuk bertahan, akan
tetapi haus adalah siksaan yang tidak dapat di tanggung. Khususnya bulan-bulan
musim panas dengan derajat panas yang tinggi sekali.
Selain itu aku menderita penyakit gula, yang mengharuskan
aku banyak minum. Dihari perrtama pelarangan ini, aku masuk kamar kecil, disana aku mendapatkan air
yang berisi air untuk istinja’, kemudian
aku minum air tersebut sampai habis, dan sebagai ganti untuk istinja’, aku
gunakan tissue toilet. Dengan semakin bertambahnya rasa hausku, aku terpaksa
minum air kencing utnuk aku minum.
Akus ayang haus, aku merasakan siksaan yang sangat pedih.
Kemudian, aku berjalan-jalan didalam sel
ku sehingga tampak seperti orang gila. Lidahkdan tenggorokanku kering.
Terkadang aku menunduk ke lantai dengan harapan semoga sipir penjara terlupa
dan menyisakan setetes air ketika mereka mengepel lantai.
Setlah itu aku merasakan bahwa aku hampir binasam dalam
kondisi seperti itu aku tidak tau apa yang akan aku lakukan, aku kuras
pikiranku, sampai aku terhuyung-huyung, ketika itu aku melihat bahwa puntu sel
dibuka dengan perlahan-lahan, dan dalam kegelapan aku perhatikan ada tangan
seseorang mengulurkan segelas air dingin. Aku terguncang , terbauang
seolah-olah aku telah gila? Aku mulai melihat bayangan orang itu, ah tidak
mungkin ini air.. ini hanyalah fata morgana. Kemudian ,aku ulurkan tangan dan
aku benar-benar menyentuh gelas terseut, ternyata sedingin es. Aku melihat
pembawa gelas tadi meletakkan jarinya diatas bibirnya seolah-olah berkata
kepadaku, “janganlah kamu bicara!”.
Aku minum air tersebut, akan tetapi ia sangan berbeda dengan
air yang pernah aku minum selama ini, ia adalah air yang paling nikmat yang
pernah aku minum di dalam kehidupanku
sebelumnya. Kalau aku saat itu memegang uang satu juta pound (junaih), niscahaya aku berikan
kepada sipir yang tidak kukenal ini.
Minum air segelas tersebut membuat ruhku seakan-akan kembali
ke tubuh dan tidak perlu lagi makan karena kenyang. Bahkan, lebih dari itu, aku
merasa tkebahagiaan yang belum pernah aku rasakan selama hidupku, semua itu
disebabkan segelas air yang dingin.
Setelah itu. Sipir pergi dengan cepat seperti kedatangannya
tadi dan menutup pintu sel dengan perlahan. Aku melihat bayangan sipir, ia
adalahh pemuda yang berkulit coklat berbadan pendek. Akan tetapi aku merasakan
ia seperti malaikat, aku melihat langsung pertolongan Allah di sel penajara.
Hari yang penuh siksaan terus berjalan tanpa pernah lagi
melihat sipir yang tidak kukenal itu. Kemudian aku dipindahkan keruangan
penyiksaan dilantai dasar penjara. Setiap hari melihat sipir yang tidak ku
kenal itu bediri dihadapan aku. Ketika it u aku hanya berdua. Aku
bertanyadengan perlahan-lahan kepadanya. “kenapa engkau lakukan perbuatan itu?
Kalau mereka mengetahuinya tentu memecatmu”.
Dengan menyunggingkan senym, oa menjawab, “hanya memecat
aku? Bahkan mereka akan membunuh aku dengan menembakkan senjata.”
Aku bertanya,”apa yang membuatmu melakukan hal yang
berbahaya itu?”
Ia menjawab, “sesungguhnya aku mengnal anda, namun ada tidak
mengenal aku. Kira-kira 9 tahun yang lalu, ada seorang petani dari giza
mengirim surat kepada anda, yang isinya menceritakan bahwa ia adalah seorang
petani yang tinggal disebuah perkampungan, dalam hidupnya ia sangan
menginginkan membeli seekor sapi. Akan tetapi, setelah enam bulan sapi yang
menghasilkan dibelinya tersebut mati. Beberapa bulan setelah itu, uakni pada
malam-malam lailatul qadar dibulan ramadhan, tiba-tiba pintu rumah yang sempit kepunyaan petani itu diketuk, dan datanglah utusan dari harian Koran anda.
Akhrabarul yaum, sambil memegang sapi dibelakangnya. Ketika itu Koran harian
akhbarul yaum selalu mewujudkan impian para pembacanya di malam-malam lailatul
qadr disetiap tahunnya”.
Si[ir itu terdiam sebentar, kemudian ia berkata,
“petani yang telah anda kirimi seekor
sapi kepadanya 9 tahun yang lalu adalah ayahku”
Bukankah telah aku katakana kepada kalian tadi bahwa
pertolongan Allah menyertaiku saat aku didalam sel penjara.
Demikianlah perbuatan baik yang dilakukan seorang penulis sejak 9 tahun yang lalu terhadap seorang
petani telah membuahkan hasil dan bisa menyelamatkan hidup sang penulis (dengan
izin Allah).
Segelas air disaat-saat ujian yang berat sekali lebih
berharga dan lebih nikmat dari egala yang ada didunia. Oleh karena itu,
jadikanlah dalam beramal ikhlas semata-mata karena allah. Allah senantiasa
menolong hambaNya selama hamanya tersebut menolong saudaranya. ,enginfakkan
harta dijalan kebaikan, pasti akan mendapatkan balasan walaupun setelah lama
berlalu masanya. Bisa jadi balasan kebaikan akan berlipat-lipat.
Sumber KAMA TADINU TUDANU
sayyid Abdullah Sayyid Abdurrahman Ar rifa’I Abu Hasyim
sayyid Abdullah Sayyid Abdurrahman Ar rifa’I Abu Hasyim
Mustava Amin adalah seorang penulis terknal berkebangsaan
mesid yang pernah dipenjara pada masa pemerintaah Gamal Abdul Naser bercerita
tentang kisahnya ketika di dalam penjara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar